REFLEKSI MINGGU, 27 September 2020

Minggu, 27 September 2020, 00:34:39 WIB

“BERHIKMAT MENGHADAPI MASA SULIT”

Kejadian 41:37 – 57

Pdt. Jahja Millu, S. Th.

Ketua BPP Pendidikan Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT)

Bapak, Ibu, Saudara-saudara yang Tuhan Yesus kasihi bacaan Alkitab yang akan kita renungkan bersama terambil dari Kejadian 41:37-57:

“Usul itu dipandang baik oleh Firaun dan oleh semua pegawainya. Lalu  berkatalah Firaun kepada para pegawainya: "Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?" Kata Firaun kepada Yusuf: "Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau. Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu." Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: "Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir." Sesudah itu Firaun menanggalkan cincin meterainya dari jarinya dan mengenakannya pada jari Yusuf; dipakaikannyalah kepada Yusuf pakaian dari pada kain halus dan digantungkannya kalung emas pada lehernya. Lalu Firaun menyuruh menaikkan Yusuf dalam keretanya yang kedua, dan berserulah orang di hadapan Yusuf: "Hormat!" Demikianlah Yusuf dilantik oleh Firaun menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir. Berkatalah Firaun kepada Yusuf: "Akulah Firaun, tetapi dengan tidak setahumu, seorangpun tidak boleh bergerak di seluruh tanah Mesir." Lalu Firaun menamai Yusuf: Zafnat-Paaneah, serta memberikan Asnat, anak Potifera, imam di On, kepadanya menjadi isterinya. Demikianlah Yusuf muncul sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir. Yusuf berumur tiga puluh tahun ketika ia menghadap Firaun, raja Mesir itu. Maka pergilah Yusuf dari depan Firaun, lalu dikelilinginya seluruh tanah Mesir. Tanah itu mengeluarkan hasil bertumpuk-tumpuk dalam ketujuh tahun kelimpahan itu, maka Yusuf mengumpulkan segala bahan makanan ketujuh tahun kelimpahan yang ada di tanah Mesir, lalu disimpannya di kota-kota; hasil daerah sekitar tiap-tiap kota disimpan di dalam kota itu. Demikianlah Yusuf menimbun gandum seperti pasir di laut, sangat banyak, sehingga orang berhenti menghitungnya, karena memang tidak terhitung. Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On. Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku." Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: "Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku." Setelah lewat ketujuh tahun kelimpahan yang ada di tanah Mesir itu, mulailah datang tujuh tahun kelaparan, seperti yang telah dikatakan Yusuf; dalam segala negeri ada kelaparan, tetapi di seluruh negeri Mesir ada roti. Ketika seluruh negeri Mesir menderita kelaparan, dan rakyat berteriak meminta roti kepada Firaun, berkatalah Firaun kepada semua orang Mesir: "Pergilah kepada Yusuf, perbuatlah apa yang akan dikatakannya kepadamu." Kelaparan itu merajalela di seluruh bumi. Maka Yusuf membuka segala lumbung dan menjual gandum kepada orang Mesir, sebab makin hebat kelaparan itu di tanah Mesir. Juga dari seluruh bumi datanglah orang ke Mesir untuk membeli gandum dari Yusuf, sebab hebat kelaparan itu di seluruh bumi.”

Demikian sabda Tuhan, Yesus berkata: “Berbahagialah setiap orang yang mendengarkan Firman Allah dan yang memeliharanya.”

Bapak, Ibu, Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, shalom! Tema khotbah yang akan kita renungkan saat ini adalah “Berhikmat Menghadapi Masa Sulit.” Bapak, Ibu, Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan sejarah manusia selalu menujukkan bahwa terdapat saat dimana krisis mengancam kehidupan manusia. Kita sekarang berada dalam krisis hebat karena covid dan Alkitab juga sudah meramalkan jauh sebelumnya dalam Pengkhotbah 3, bahwa hidup manusia akan diselang-seling oleh kebahagiaan dan kesukaran. Segala sesuatu ada masanya, ada waktunya, ada saat tertawa, ada saat menangis. Ada waktu meratap juga ada waktu untuk menari. Sebaik apapun manusia mengelola hidupnya dengan segala kreativitas dan inovasinya, manusia tetap akan mengalami masa-masa sulit ini. Kalau ia saat ini mengalami masa-masa tertawa, Pengkhotbah mengingatkan bahwa akan ada masa sulit yang akan ia hadapi. Demikian pula sebaliknya, saat ia tertawa Pengkhotbah mengingatkan bahwa akan ada masa-masa sukar yang akan ia hadapi. Lalu bagaimana saudara-saudara cara kita menghadapi situasi sulit yang kita alami sekarang dalam bentuk covid atau juga situasi sulit lainnya yang akan kita hadapi dalam hidup ini?

Belajar dari cerita Yusuf, kita memperoleh beberapa hal penting yang bisa kita pelajari. Pertama saudara-saudara bahwa krisis tidak boleh hanya dipandang dari sisi negatifnya atau sisi buruknya. Seringkali kita selalu berpikir atau melihat krisis itu dari hal-hal yang menghancurkan, hal-hal yang mengancam kehidupan kita. Saudara-saudara kita belajar dari cerita kehidupan Yusuf, bahwa tidak selalu krisis itu menghancurkan manusia, dalam cerita ini krisis justru membawa Yusuf dari lubang pembuangan oleh saudara-saudaranya kepada posisi penting di istana. Krisis justru membawa Yusuf dari posisi seorang narapidana di penjara menjadi orang penting nomor dua setelah Firaun dan ini menolong kita yang mengalami krisis untuk percaya bahwa dalam segala dimensi negatifnya, dalam kekuasaan dan pertolongan Tuhan seseorang bisa berpindah dari posisi-posisi seperti narapidana ke posisi-posisi penting seperti istana. Allah sekali lagi bisa mengangkat kita dari lubang krisis ke dalam hal-hal yang lebih baik dalam hidup kita, kalau Ia berkehendak.

Yang kedua saudara-saudara dalam cerita Yusuf kita belajar bahwa Tuhan menggunakan krisis yang dialami Yusuf selama 13 tahun supaya dia menjadi crisis solver, Tuhan menggunakan masa krisis dalam hidup Yusuf supaya dia mampu memberi solusi, baik krisis yang dialami oleh bangsa Mesir. Kita semua tahu cerita Yusuf, dia dijual oleh saudara-saudaranya, dibuang dulu ke lubang, kemudian dijual ke orang Midian, lalu menjadi budak di rumah Potifar, lalu menjadi narapidana. Alkitab mengatakan 13 tahun ia mengalami kesengsaraan dalam hidup, tetapi Allah menggunakan krisis ini untuk memberi pelajaran kepada kita dan Yusuf bahwa Allah mengijinkan hal-hal sulit dalam hidup kita. Allah mengijinkan krisis terjadi dalam hidup Yusuf supaya ia dapat menjadi orang yang dapat memberi jawab terhadap krisis dan mengantisipasi krisis yang akan ia alami. Kita belajar dari bacaan ini Yusuf memberi solusi 14 tahun untuk mengatasi krisis yang dihadapi oleh bangsa Mesir.

Yang ketiga saudara-saudara, dari cerita Yusuf kita belajar bahwa krisis tidak boleh mengakibatkan orang percaya kehilangan visi, penjara tidak boleh membuat orang-orang percaya kehilangan visi, posisi narapidana tidak boleh membuat orang-orang percaya kehilangan visi. Status sebagai budak tidak boleh membuat kita kehilangan visi. Ketika Firaun bermimpi, dipanggillah Yusuf dari penjara, tolong artikan apa visimu bagi masalah ini, lalu Yusuf dengan pertolongan Tuhan. Sekali lagi, meskipun statusnya sebagai seorang narapidana, memberi visi yang sangat cemerlang bagi masalah yang dialami bangsa Mesir. Tujuh tahun kelimpahan dan tujuh tahun kelaparan dan apa yang Yususf buat menunjukkan betapa kuatnya visinya, meskipun ia ada dalam status sebagai narapidana. Saudara-saudara banyak orang percaya kehilangan visi, banyak orang, mereka kehilangan pandangan masa depan ketika krisis menghantam dan mendera hidup mereka. Hari ini kita belajar dari Yusuf, bahwa status sebagai narapidana, status sebagai orang-orang yang mengalami krisis, covid yang kita alami tidak boleh menghilangkan cara pandang kita terhadap masa depan. Mengapa? Karena Allah berkata masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan sia-sia.

Poin keempat saudara-saudara yang bisa kita pelajari dari pembacaan kita, cerita Yusuf juga mengajarkan bahwa memiliki visi saja tidak cukup. Setelah Yusuf tahu apa visinya untuk 14 tahun ke depan, Yusuf juga merinci tindakan-tindakan apa yang harus ia lakukan untuk menerjemahkan visi itu dalam bentuk langkah-langkah kongkret yang harus diambil oleh bangsa Mesir dan Firaun. Dalam cerita kita menuruti apa yang diambil oleh Yusuf untuk menghindari krisis yang mungkin terjadi saat 7 tahun kelaparan. Saudara-saudara ini penting oleh karena dalam kenyataan kita terlalu sering kita baru menghadapi krisis, manakala krisis datang menghantam kita dan ketika krisis sudah terjadi. Yusuf menolong kita untuk mengambil langkah antisipasi, sebelum krisis datang sudah ada langkah-langkah antisipasi yang kita ambil supaya ketika krisis itu datang mendera kita, kita sudah siap menghadapinya. Kenapa pertimbangan anstisipasi ini penting saudara-saudara? Oleh karena dalam kenyataan kita, biaya untuk menghadapi krisis selalu lebih besar daripada menghadapi krisis. Lebih baik kita mencegah krisis datang daripada kita menunggu ia datang baru kita mengeluarkan banyak biaya untuk menghadapi krisis dan itu pengalaman kita setiap hari.

Dan yang terakhir saudara-saudara narasi Yusuf juga menunjukkan kepada kita berkaitan dengan covid yang kita alami, banyak orang menjadi miskin, banyak orang menjadi lapar, banyak orang menjadi susah. Cerita Yusuf menolong kita untuk mengerti bahwa dalam sejarah dunia ada waktu dimana 7 tahun orang tanpa makanan, 7 tahun orang tanpa produksi, pertanian tidak menghasilkan, sistem ekonomi tidak berjalan tapi masalah yang dihadapi Yusuf dan kawan-kawan di Mesir pada waktu itu ialah kemampuan mereka untuk mengelola krisis. Itu sebabnya 7 tahun kelaparan itu tidak menghantam mereka kenapa? Karena mereka punya cara untuk mengantisipasi. Saudara-saudara saya berkeyakinan kalau kita belajar dari Yusuf maka seharusnya dunia tidak kelaparan meskipun dunia dihantam covid, kenapa? Karena kita belum 7 tahun seperti Yusuf. Yusuf sudah 7 tahun tetapi mereka bisa mengatasinya, tidak ada orang kelaparan, makanan tersedia. Bagaimana dengan kita baru mengalami belum setahun saja dampak covid kepada dunia begitu besar. Maka masalah disini saudara-saudara bukanlah masalah krisis tetapi masalah manajemen krisis, bagaimana kita mengelola, mengatur manajemen hidup, manajemen pendapatan pengeluaran. Negara juga perlu mengatur manajemennya dengan baik sehingga kalau Yusuf bisa mengatasi krisis selama 7 tahun, maka saya kira bangsa kita, negara kita, gereja kita, masyarakat kita juga akan mampu mengatasi krisis yang dialami sekarang ini dan entah kapan dia akan berlangsung covid yang kita alami ini.

Saudara-saudara itulah beberapa hal yang bisa kita belajar dari cerita Yusuf saat ini dan kiranya masing-masing kita dengan berpedoman kepada cerita Yusuf ini boleh mempersiapkan diri untuk tetap berhikmat di dalam masa-masa krisis yang kita alami. Tuhan Yesus memberkati kita, amin.       

Video Mimbar Kristen Kementerian Agama, Edisi Minggu, 27 September 2020

Berita Terkait