REFLEKSI MINGGU, 20 September 2020

Minggu, 20 September 2020, 00:37:39 WIB

HIDUP DALAM KASIH DAN PERDAMAIAN

1 Petrus 3:8-12

Pdt. Agustinus R. Purba, S.Th., MA

Ketua Moderamen Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)

Bapak, Ibu, Saudara-saudara terkasih, Pemirsa Mimbar Kristen Kementerian Agama Republik Indonesia dan saudara-saudara yang terkasih umat Kristen di Indonesia. Firman Tuhan minggu ini dalam ibadah kita terambil dari 1 Petrus 3:8-12.

“Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. "Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu. Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya. Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat." 

Berbahagialah orang yang mendengarkan Firman Tuhan dan melakukannya di dalam kehidupannya sehari-hari. 

Pemirsa Mimbar Kristen Kementerian Agama Republik Indonesia dan saudara-saudara umat Kristiani di seluruh penjuru tanah air Indonesia, minggu ini kita melalui teks diingatkan bagaimana kehidupan ataupun karakter umat Kristiani sebagai orang-orang pilihan Tuhan, kita diingatkan bahwa Allah sudah memilih dan menetapkan kita sebagai komunitas kasih dan damai, tentunya ini menjadi satu ucapan syukur bagi kita sebagai umat pilihan yang sudah ditetapkan dan dipilih oleh Tuhan sebagai persekutuan yang tidak ada batasnya, tidak dihalangi oleh tempat, tidak dihalangi oleh ruang dan waktu. Persekutuan umat Kristiani di seluruh dunia adalah kehidupan yang menggambarkan komunitas kesatuan dimana di sana ada karakter yang sangat spesifik, yang khusus ditetapkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus. 

Saudara-saudara yang kekasih untuk itu ada juga yang menyebut bahwa umat Kristiani di dunia ini adalah sebagai komunitas (hagios), komunitas cinta kasih, komunitas membawa damai dari segala aspek kehidupan, dari segala aspek profesi. Setiap orang yang percaya, kita adalah orang-orang yang dipanggil, ditetapkan, diutus sebagai duta yang hidup untuk mewujudkan cinta kasih dan perdamaian, hidup dalam kasih dan perdamaian adalah anugerah Allah yang didemonstrasikan oleh Yesus Kristus dan itu bisa dilakukan pada saat Dia mengosongkan diriNya, Dia mengambil rupa seorang hamba, menjadi sama dengan manusia, Dia merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan matiNya pun di tempat yang sangat hina yaitu di kayu salib hanya demi kasih dan perdamaian menyebabkan Ia memandang bahwa seluruh manusia yang sudah berdosa pada saat Tuhan datang ke dunia ini melalui Yesus Kristus, orang yang berdosa tidak dipandang lagi sebagai musuhNya, tetapi orang yang berdosa justru dipandang sebagai umat tebusanNya. Oleh karena Ia telah membenarkannya dalam diri Yesus Kristus. Untuk itulah kita harus hidup dalam suasana sukacita, damai sejahtera dan penuh anugerah Tuhan yang sudah dilimpahkan. Bagi kita orang yang percaya, pengampunanNya, penebusanNya, keselamatanNya. Inilah yang menyebabkan kita dapat memiliki kasih dan damai dari Tuhan kita sehingga sehingga kita dimampukan untuk hidup menghargai sesama dan seluruh ciptaan Allah. 

Saudara-saudara yang kekasih, teks khotbah kita hari ini dan sangat relevan kami mengambil tema hidup dalam kasih dan perdamaian, karena dimana Rasul Petrus, kita  tahu bagaimana karakteristik Petrus yang mempunyai karakter temperamental tinggi, emosional, tetapi pada saat memberikan pengajaran dalam kehidupan gereja mula-mula pada waktu itu, justru Petrus menunjukkan, setelah ia mengalami internalisasi hidup bersama Yesus, setelah ia memahami apa yang dilakukan oleh Yesus, kerendahan, kehinaan, justru Petrus mengajak jemaat pada waktu itu yang mengalami tekanan, penderitaan oleh kekuasan pemerintahan Romawi yang mengintimidasi kehidupan kekristenan dan Petrus justru disini kita lihat dalam teks menolak praktik saling menghina, ia sangat tidak setuju bahwa kehidupan Kristen, kehidupan Kekristenan adalah kehidupan yang penuh dengan hinaan atau menunjukkan kebencian, kekerasan dan pada saat yang sama, ia juga mengajak untuk tidak mencaci maki, membalas kejahatan dengan kejahatan, namun orang percaya dipanggil justru untuk memberkati. Jadi kita lihat kehidupan Rasul Petrus yang sangat berbalik setelah Yesus naik ke surga, dan dia melakukan tugas-tugas panggilannya justru sebagai seorang Rasul, ia mengajak jemaat, komunitas orang-orang percaya untuk hidup dengan cinta kasih, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tidak membalas hinaan dengan hinaan dan bahkan justru ajakan yang sangat mulia bahwa setiap orang percaya, setiap orang Kristen menghadapi kejahatan, menghadapi kekerasan, justru melakukan, menyampaikan berkat cinta kasih kepada sesama. 

Nasehat Petrus kepada jemaat ini bukanlah ketika hidup jemaat dalam posisi aman dan nyaman, tetapi justru dalam kondisi ketertekanan, oleh kekuasaan penguasa yang sangat kejam, sebagai kelompok minoritas tanpa perlindungan dari pihak penguasa. Jemaat Petrus tak punya kemungkinan untuk menang dalam kontes saling memaki dalam kondisi yang penuh dengan kejahatan sehingga mengabaikan hinaan dan membalas dengan kebaikan adalah jalan yang lebih bijak untuk dilakukan sebab berbuat baik, mengusahakan perdamaian dan memberkati orang berbuat jahat adalah sikap Kristus sendiri. Ajaran tidak membalas kejahatan tidak sekedar etika yang indah atau sikap mengasihani diri melainkan berlandaskan pada kekuatan dan kebaikan Tuhan sendiri.

Bapak, Ibu, saudara-saudara yang kekasih, pemirsa Mimbar Kristen Kementerian Agama Republik Indonesia dan saudara-saudaraku, panggilan ini, nasehat yang disampaikan oleh Petrus, ajakan yang disampaikan oleh Petrus masih sangat relevan dalam kehidupan kita sampai pada hari ini, dimana Kekristenan, dimana orang-orang percaya, sering mendapat intimidasi dan tekanan-tekanan pada saat kehidupan  Kekristenan dihadapkan terhadap sebuah kejahatan, terhadap sebuah ketidakadilan, itimidasi dan tekanan-tekanan. Nasihat Petrus bagaimana komunitas cinta kasih, komunitas perdamaian, yaitu orang-orang percaya harus tetap menunjukkan identitasnya, karakteristiknya sebagai gereja. Mungkin kita tidak akan sanggup melawan kejahatan dengan kejahatan, kita tidak akan memperoleh kemenangan dengan begitu besarnya kejahatan, ketidakadilan yang berlaku sampai hari ini, tetapi ini adalah strategi yang sangat-sangat teologis bahwa kehidupan Kristus menjadi patron, menjadi sebuah karakter dimana umat Kristen sampai hari ini harus menujukkan sifat-sifat itu. Kita tahu beberapa tokoh dunia, Mahatma Gandhi walaupun dia bukan Kristen tapi sangat mengagumi pengajaran Kristus, dengan pengajaran Ahimsa melawan kekerasan tidak dengan kekerasan. Untuk itu saudara-saudara, masih ada lagi tokoh-tokoh yang lain, Marthin Luther King Jr, ini menjadi kekuatan mereka untuk mempengaruhi, mengubah kehidupan masyarakat. 

Saudara-saudara kita diingatkan bahwa umat Kristiani tidak hidup sebagai komunitas tertutup di dunia ini, gereja hidup berdampingan dengan komunitas-komunitas lain dimana gereja dipanggil untuk melakukan tindakan-tindakan perdamaian dengan perbuatan cinta kasih terhadap sesama dan seluruh ciptaan. Semua orang Kristen, gereja dan jemaat dipanggil untuk menjadi utusan dinamis dari Injil Yesus Kristus yang merupakan kabar baik, keselamatan menghadirkan kasih dan perdamaian sehingga kehidupan ini bisa berkembang. Saudara-saudara yang terkasih di dalam Yesus Kristus, inilah kebenaran yang telah dipraktekkan oleh Kristus Yesus, yang hanya dapat ditiru oleh para pengikut Kristus, inilah kebenaran yang unik yang tidak dimiliki oleh persekutuan manapun di muka bumi ini. Hendaklah kiranya kita semua menaruh pikiran dan perasaan kita ke dalam pikiran dan perasaan Kristus. Sehingga kita dimampukan untuk hidup seia sekata, seperasaan mengasihi, menyayangi dan rendah hati. Menyerahkan diri pada keadilan dan kebaikan Tuhan, bukan hal yang mudah saat kita menghadapi tekanan, kesulitan seperti hari-hari ini yang kita hadapi. Namun keberadaan teman seiman merupakan bagian dari kebaikan yang Tuhan sediakan dalam menghadapi masa-masa sulit. Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar yang hidup dalam persekutuanNya.

Saudara-saudaraku marilah panggilan ini kita hayati untuk melanjutkan hidup persekutuan kita, gereja-gereja di Indonesia, umat-umat percaya, umat-umat Kristen di Indonesia. Tekanan seperti apapun beratnya, intimidasi, tantangan, pergumulan apapun seberat-beratnya yang kita hadapi tapi cinta kasih Tuhan di dalam Yesus Kristus yang sudah mengaruniakan segala kelimpahan anugerah menjadikan kita mampu untuk hidup sebagai komunitas cinta kasih dan membawa perdamaian. Tuhan memberkati, amin.

Video Mimbar Kristen Kementerian Agama, Edisi Minggu, 20 September 2020

Berita Terkait