REFLEKSI MINGGU, 27 Desember 2020

Minggu, 27 Desember 2020, 08:14:52 WIB

AJAKAN SANG JURUSELAMAT

(Matius 11:28-30)

Oleh:

Pdt. Joni Sugicahyono

Sekretaris Umum Sinode Gereja Kristus Yesus

Shalom, salam sejahtera bapak, ibu, saudara-saudara yang saya kasihi di dalam Tuhan Yesus Kristus. Hari ini saudara kita boleh beribadah dan saya mengajak kita bersama-sama membuka Alkitab kita yang terambil dari Matius 11:28-30:

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."

Saudara, pada hari ini kita sungguh-sungguh berbahagia oleh karena setelah Natal kita masih diberikan kesempatan untuk beribadah. Natal adalah hari kelahiran Yesus Kristus, Yesus adalah Raja segala Raja yang telah datang ke dalam dunia. Injil Matius pasal 11 menyaksikan Kristus Sang Raja itu, mempunyai posisi secara paradoks. Matius menggambarkan, khususnya Matius pasal 11, menggambarkan Tuhan yang adil, yang berotoritas, yang tertinggi, menghakimi sekaligus Tuhan yang rendah hati. Pernyataan Tuhan Yesus yang menyatakan bahwa Ia lemah lembut dan rendah hati, ini sungguh sangat bertolak belakang dengan semangat dunia. Sebab kalau pernyataan ini benar saudara, itu bagaikan sebuah cermin. Sebuah cermin yang membukakan siapa kita sesungguhnya yang jauh dari kesejatian kemanusiaan kita sebagai gambar Allah.

Saudara pernyataan Kristus ini bertolak belakang dengan semangat dunia, mengapa? Yang pertama lemah lembut dan rendah hati itu diidentikkan dengan kelemahan dan kekalahan dan biasanya dunia mengatakan orang yang lemah itu selalu ditindas. Yang kedua, lemah lembut dan rendah hati, itu diidentikkan dengan kegagalan, maka dua hal ini menjadi suatu anggapan dunia. Ini anggapan dunia, benarkah anggapan itu? Tentu salah besar, ketika Yesus mengatakan Aku lemah lembut dan rendah hati, bukan seperti yang dimaksudkan dunia seperti itu. Untuk memahami dan untuk mengerti makna pernyataan Kristus ini, pertama-tama kita harus memperhatikan konteks dari Injil Matius, konteks Injil Matius adalah Kristus sebagai Raja, dimana otoritas tertinggi ada di dalam tangan-Nya. Dialah Tuhan, Dialah Juruselamat, Dialah Mesias. Kemesiasan Yesus bukan dikatakan oleh Dia tetapi juga dinyatakan dalam Matius 11:5 dibuktikan dengan kuasa Tuhan Yesus yang ditandai paling tidak enam hal. Matius 11:5 mencatat demikian:

“orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.”

Saudara ini merupakan gambaran Mesias oleh Nabi-nabi Perjanjian Lama, oleh Matius mengutip itu untuk menyatakan siapakah Yesus, Ia adalah Mesias yang sejati, maka tidak berhenti sampai disini, maka pada bagian selanjutnya pada Matius 11:20-24 Tuhan Yesus menunjukkan otoritasnya yang besar, pada waktu Ia menentukan nasiib dari beberapa kota, ketika mengecam akan Khorazim, Betsaida dan Kapernaum yang tidak juga bertobat padahal Yesus telah mengabarkan Injil, sudah mengajar, sudah banyak melakukan mujizat di kota-kota itu. Di situ Yesus menyatakan otoritasnya yang besar, menentukan nasib daripada kota-kota itu. Saudara kita disini dapat menarik kesimpulan bahwa barangsiapa mendengar, barangsiapa melihat kuasa Kristus seharusnya menjadi gentar, menjadi takluk, karena Kristus adalah Raja di atas segala raja, Dialah pemegang otoritas yang tertinggi dan Dia penentuk akan sejarah dunia ini bahkan seluruh alam semesta ini. Tetapi sungguh heran, Kristus yang memiliki otoritas yang lebih besar, justru Kristus mengkontraskan akan otoritas dan kuasanya yang mutlak yang Dia miliki dengan mengatakan “Aku lemah lembut dan rendah hati”

Saudara, di tengah dunia yang berdosa dan dunia yang penuh dengan kekerasan, yang penuh dengan bencana, yang penuh dengan penderitaan khususnya saat-saat seperti ini, saat-saat Pandemi Covid-19 masih melanda, jikalau Tuhan berkata Aku lemah lembut dan rendah hati, maka kalimat ini bagaikan air hujan yang turun, di kala teriknya matahari di musim kemarau yang panjang. Apalagi kita hidup diantara manusia yang begitu mementingkan diri sendiri, bahkan orang tidak lagi peduli kepada sesamanya demi memperoleh keuntungan dia tega-teganya mengorbankan orang lain. Saudara inilah wajah dan kondisi dunia pada zaman akhir, penuh dengan kekerasan, penuh dengan kesukaran dan penuh pada orang-orang yang cinta pada diri sendiri. Saudara ini kenyataan hidup di dunia sekitar kita, namun ini bukan akhir daripada cerita kehidupan, bukan saudara. Karena puji Tuhan, di tengah-tengah situasi dunia yang kacau balau seperti ini, Allah berinkarnasi menjadi manusia, Allah datang ke dalam dunia menawarkan kelemah lembutan dan kerendahhatian kepada kita. Kristus Raja yang berdaulat, bukanlah diktator yang sewenang-wenang, Dia adalah Allah yang begitu penuh dengan kasih, Dia bukanlah Allah yang menghancurkan, bukanlah Allah yang menimbulkan bencana, Dia bukan pendendam, Allah yang kita sembah dan kita puji adalah Allah yang penuh dengan kasih, yang lemah lembut dan penuh dengan kerendahan hati. Yesus Allah dari surga yang mulia rela datang ke dalam dunia untuk menyelesaikan masalah dosa manusia, dosamu dan dosaku.

Manusia sulit mengerti arti pengorbanan Yesus ini, Allah pemilik alam semesta yang datang ke dalam dunia. Jikalau Allah pencipta turun inkarnasi ke dalam Ciptaan maka itu penurunan posisi yang sangat-sangat dalam. Saudara, seseorang yang bisa turun samai kepada posisi yang demikian itu, sedemikian rendahnya maka mudah sekali baginya untuk menjadi rendah hati, untuk menjadi lemah lembut karena dia sudah merasakan semua penderitaan dan kesusahan. Karena kasihNya yang besar, Tuhan rela turun ke dalam dunia, Dia rela berkorban demi manusia pendosa, Kristus rela meninggalkan sorga yang mulia dan mengambil rupa seorang hamba, bahkan mati di atas kayu salib bagi engkau dan saya manusia yang berdosa ini.  Saudara inilah bukti daripada kasih dan kerendahan hati Kristus dan inilah berita Natal yang membangkitkan pengharapan, yang menerbitkan pengharapan di tengah-tengah terpaan Pandemi Covid-19 yang kita tidak tahu kapan akan berakhir.

Yang kedua, ketika Kristus berkata karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan, Kristus bukan sekedar penguasa yang memerintah tetapi Dia turun dan hidup bersama-sama dengan kita, Dia turut merasakan seluruh pergumulan, merasakan semua beban hidup kita. Inilah yang namanya compassion, Kristus telah menjadi teladan yang sejati bagi manusia, maka hal ini sekaligus menjadi kekuatan bagi kita. Orang yang penderitaannya sudah begitu dalam, maka ketika ia berhasil keluar, ia akan mampu memberikan kekuatan dan penghiburan bagi orang-orang yang mengalami penderitaan yang sama. Itulah Kristus, Dia Allah yang turun menjadi manusia, Ia merasakan penderitaanmu dan penderitaan saya, maka Ia bisa memberikan kekuatan, pertolongan bagi kita yang sedang mengalami masa-masa yang sukar seperti saat ini.

Saudaraku tentu kita merasa lega jika kita memiliki seseorang yang bisa mengerti penderitaan dan kesulitan kita dan bukan hanya sekedar secara teori saja. Yesus pernah mengalami semua kesusahan dan penderitaan yang kita rasakan saat ini. Saudara penderitaan manusia sebesar apapun penderitaan itu tidaklah sebanding dengan penderitaan yang Kristus alami, penderitaan Kristus lebih dahsyat. Manusia menderita sebagai akibat dari dosanya sendiri, maka sudah selayaknya ia menderita karena dosa-dosanya. Tetapi Kristus menderita bukan karena Ia berdosa, bukan karena Ia bersalah. Kristus menderita karena Ia mengasihi kita, karena Ia harus menanggung penderitaan oleh karena dosa-dosa kita. Kalau kita memahami penderitaan Kristus, maka itu harusnya menyadarkan kita betapa kita ini manusia yang berdosa, betapa kita manusia yang rentan tetapi Tuhan selamatkan kita, Tuhan berkorban untuk kita. Tuhan memanggil kita untuk datang kepadaNya untuk memperoleh kelegaan. Marilah kepadaKu semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu.

Hal ini seharusnya membuat hidup kita semakin mengasihi Tuhan, membuat kehidupan kita menjadikan Kristus sebagai pusat kehidupan kita. Saudara, betapa indahnya hidup ini jika kita berada dalam pelukan Pribadi yang sangat mengasihi kita. Betapa bahagianya hidup kita ini jika kita berada dalam lindungan Pribadi yang memiliki kekuatan dan kemampuan menolong waktu kita berada dalam saat-saat bahaya, saat-saat yang sukar dan semua itu hanya ada di dalam Kristus yang lemah lembut dan yang rendah hati, yang menawarkan kelegaan bagi setiap kita.

Yang ketiga saudara, ketika Yesus berkata marilah kepadaKu semua yang letih lesu dan yang berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadaMu, karena Aku lemah lebut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapatkan ketenangan. Kristus bukan hanya sekedar mengerti pergumulan kita, tetapi Dia memberikan jalan keluar untuk kita. Di dunia ini kita sulit mendapatkan orang yang mau sekaligus mampu mengerti dan mengasihi kita maka ketika ada seseorang yang mau mengerti, mau memahami kita sepertinya kita mendapatkan kelegaan, mendapatkan kelepasan. Kristus lebih daripada itu, karena Dia tidak hanya sekedar memberikan kepada kita kelegaan tetapi Dia juga memberikan kepada kita jalan keluarnya Dia tidak hanya berkata marilah kepadaKu semua yang letih lesu dan yang berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadaMu tetapi Dia juga berkata Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Yesus memberikan jalan keluar bagi kita, yaitu memasang kuk yang baru bagi kita, kalau pasang kuk artinya Dia sekarang yang pegang kendali hidup kita, maka kita akan merasakan sukacita ketika kita berjalan dalam pimpinanNya, menjadi warga Kerajaan Sorga tidak cukup kita hanya berhenti di dalam kepasifan dan menjadi lega, dibebaskan lega, lepas, setelah iitu bagaimana Saudara? Apakah kita dibiarkan melangkah sendiri ketika kita sudah merasa bebas dan lepas? Tidak saudara, Tuhan tidak membiarkan kita setelah dibebaskan dan dilepaskan untuk selanjutnya mengambil langkah sendiri dan menghadapi tantangan sendiri, tidak. Tetapi Tuhan memasang kuk bagi kita, biar Tuhan yang mengendalikan hidup kita dan kuk yang Tuhan pasang itu enak dan beban kita ringan, kenapa? Karena Dia yang memegang kendali atas hidup kita.

Yang terakhir, Kristus memimpin tidak memakai otoriter tetapi Dia memimpin dengan kelemahlembutan dan kerendahan hati. Pertanyaannya relakan hidup kita dipimpin oleh Tuhan, relakah kita dipasang kuk oleh Tuhan dan menyerahkan hidup kita untuk dipimpin sepenuhnya oleh Kristus yang sudah datang ke dalam dunia. Saudara yang saya kasihi di dalam Yesus Kristus dimanapun saudara berada di seluruh tanah air bahkan di pelosok ujung dunia yang bisa mendengarkan siaran ini. Hanya di dalam Kristus kita mendapatkan kelegaan, hanya di dalam Kristus kita mendapatkan kemenangan, hanya di dalam Kristus kita mendapatkan ketenangan. Natal mengingatkan kita, Kristus datang bagi kita, memberikan tawaran dengan tanganNya yang terbuka menyambut kita: marilah kepadaKu semua yang letih lesu dan yang berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadaMu, pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepadaKu karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapatkan ketenangan sebab kuk yang kupasang itu enak dan bebanku pun ringan. Maukah saudara? Inilah berita Natal untuk setiap kita yang boleh beribadah dan mendengarkan siaran ini, amin.     

Video Mimbar Kristen Kementerian Agama, Edisi Minggu, 27 Desember 2020 

Berita Terkait