Sekretaris Ditjen Bimas Kristen Hadiri KAICIID International Fellows Programme 2025

Rabu, 18 Juni 2025, 14:34:46 WIB

Jakarta (DBK)---Sekretaris Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen, Johni Tilaar, bersama para sekretaris dari Ditjen Bimas lainnya, menghadiri kegiatan KAICIID International Fellows Programme yang difasilitasi oleh Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kementerian Agama Republik Indonesia. Acara ini digelar di Operation Room Kementerian Agama RI, Lapangan Banteng, Jakarta. (17/06)

Kegiatan ini menjadi ruang strategis untuk mempertemukan pemimpin agama, pemuda lintas iman, dan fellow dari berbagai negara dalam memperkuat jejaring perdamaian yang berbasis nilai-nilai spiritual serta kerja sama lintas budaya.

KAICIID (King Abdullah bin Abdulaziz International Centre for Interreligious and Intercultural Dialogue) merupakan organisasi antar-pemerintah yang beranggotakan Austria, Spanyol, Arab Saudi, dan Vatikan sebagai pengamat pendiri. Organisasi ini bertujuan mempertemukan tokoh agama dan pembuat kebijakan untuk membangun solusi atas tantangan kerukunan global secara inklusif dan independen.

Forum ini dihadiri oleh perwakilan dari STABN Sriwijaya Tangerang, serta unsur Bimas Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Pusat Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu. Sementara itu, para fellow internasional berasal dari negara-negara seperti Arab Saudi, Irlandia Utara, Sri Lanka, Kosovo, Uzbekistan, Bosnia, Portugal, Brasil, dan Jepang.

Kepala PKUB Kemenag RI, Muhammad Adib Abdushomad, M.Ag., M.Ed., Ph.D., dalam sambutannya memaparkan sejumlah program prioritas Kementerian Agama yang tengah dijalankan sepanjang tahun 2025. Program tersebut antara lain:

  • Kurikulum Berbasis Cinta, yang menanamkan empati dan penghormatan terhadap keberagaman,
  • Ekoteologi, sebagai integrasi ajaran agama dan kepedulian terhadap lingkungan hidup, serta
  • Early Warning System (EWS), sebuah sistem deteksi dini konflik berbasis data.

Dalam sesi dialog, peserta memberikan perhatian khusus terhadap EWS, yang dinilai sebagai inovasi strategis dalam menjaga stabilitas kerukunan umat beragama. Adib menjelaskan bahwa sistem ini melibatkan tokoh agama lokal, pemantauan media, dan indikator sosial-keagamaan. EWS juga telah terintegrasi dengan sistem respons cepat lintas lembaga.

“Manfaat utama EWS adalah sebagai instrumen pengambilan kebijakan berbasis bukti, mencegah konflik kecil agar tidak membesar, serta memperkuat kesiapsiagaan pemerintah dan masyarakat,” ujar Adib.

Dengan mengusung semangat “Bersatu dalam Perbedaan, Harmoni dalam Keberagaman,” kegiatan ini menjadi bukti nyata komitmen Indonesia sebagai episentrum gerakan kerukunan dunia dan aktor aktif dalam diplomasi perdamaian lintas iman.

Berita Terkait