Wakili Menag di Persidangan Sinode Raya XXII GPIB, Dirjen: Gereja Adalah Mitra Strategis Pemerintah dalam Membangun Bangsa

Senin, 27 Oktober 2025, 14:15:27 WIB

Makassar, DBK) — Menteri Agama (Menag) Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, M.A. menilai Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) telah menjadi pilar penting dalam menjaga kerukunan umat beragama dan menggerakkan pelayanan kemanusiaan di Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Menag yang diwakili oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Jeane Marie Tulung, saat membuka Persidangan Sinode Raya (PSR) XXII Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) di Makassar, Senin (27/10/2025).

“GPIB adalah salah satu gereja besar yang memiliki akar kuat dalam sejarah bangsa. Gereja ini lahir dari semangat pelayanan dan kasih, serta terus menunjukkan keteladanan dalam kehidupan bergereja dan berbangsa,” kata Dirjen saat membacakan sambutan Menag.

Menurutnya, GPIB telah menunjukkan kematangan teologis, kedewasaan sosial, dan kearifan spiritual. Iman, kata Menag, tidak berhenti di altar, tetapi harus diwujudkan dalam karya nyata bagi sesama.

“Iman yang sejati adalah iman yang bekerja dalam kasih — yang hadir di sekolah-sekolah, rumah sakit, lembaga sosial, dan di tengah masyarakat kecil,” tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Dirjen menegaskan bahwa pemerintah menempatkan gereja sebagai mitra strategis dalam membangun bangsa, khususnya dalam memperkuat kerukunan umat beragama.

“Kerukunan bukanlah sesuatu yang otomatis, tetapi hasil dari kesadaran spiritual, dialog yang tulus, dan kepedulian yang mendalam terhadap sesama,” ungkap Dirjen.

Dirjen mengapresiasi kontribusi GPIB yang aktif dalam dialog antariman dan membangun jejaring lintas agama untuk menjaga kedamaian bangsa.

“Bangsa ini tidak bertahan karena keseragaman, tetapi karena kemauan kita untuk hidup dalam perbedaan dengan saling menghormati,” ujarnya.

Ia menambahkan, kerukunan sejati lahir dari kedalaman iman, bukan sekadar toleransi di permukaan. “Ketika kita melihat wajah Tuhan dalam diri sesama, saat itulah kerukunan berubah menjadi spiritualitas yang hidup,” lanjutnya.

Dirjen juga menyoroti pentingnya gereja untuk berperan aktif dalam pemberdayaan ekonomi umat.
“Ibadah tidak berhenti di ruang gereja. Iman yang kokoh harus melahirkan semangat kerja keras, kemandirian, dan kepedulian terhadap kesejahteraan bersama,” ujar Dirjen.

Ia mendorong gereja untuk mengembangkan program ekonomi jemaat, seperti koperasi gereja, pelatihan kewirausahaan, dan digitalisasi ekonomi kreatif.

“Pemberdayaan ekonomi bukan sekadar program sosial, tetapi bagian dari pelayanan yang membebaskan dan memanusiakan manusia,” jelasnya.

Selain itu, Dirjen menekankan pentingnya kesadaran ekologis di tengah krisis lingkungan global. Gereja, lanjutnya, memiliki peran besar dalam membangun spiritualitas yang melihat alam sebagai sahabat ciptaan Tuhan.

“Melestarikan alam adalah bagian dari ibadah. Melindungi bumi adalah bentuk kasih kita kepada generasi yang akan datang,” tegasnya.

Dirjen berharap Persidangan Sinode Raya GPIB XXII menjadi momentum penting untuk meneguhkan panggilan gereja di tengah perubahan zaman.

“Sidang ini hendaknya tidak hanya melahirkan keputusan administratif, tetapi juga keputusan profetis yang meneguhkan iman, memperluas kasih, dan memperdalam tanggung jawab sosial,” ujarnya.

Ia mengajak seluruh umat GPIB untuk terus menabur kasih dalam kerukunan, menyalakan pengharapan dalam kemanusiaan, menumbuhkan kesejahteraan melalui pemberdayaan umat, serta menjaga bumi sebagai rumah bersama seluruh ciptaan Tuhan.

“Dengan semangat kasih, persaudaraan, dan tanggung jawab moral, GPIB akan terus menjadi gereja yang melayani, mencerahkan, dan membawa terang bagi bangsa Indonesia,” pungkasnya.

Berita Terkait