“Mereka Akan Menamakan-Nya Imanuel”

Senin, 28 Desember 2020, 11:37:43 WIB

Pidato Presiden Joko Widodo dalam acara Natal Nasional Tahun 2020

Jakarta, (DBK) ---- Perayaan Natal tahun 2020 di Indonesia dilakukan dengan cara yang berbeda akibat Pandemi Covid-19, begitupun dengan Perayanaan Natal Nasional yang terselenggara tanggal 27 Desember 2020 lalu. Perayaan Natal dilakukan secara virtual namun tetap mengandung makna yang besar. Selaras dengan Tema Natal Tahun 2020: “Mereka Akan Menamakan-Nya Imanuel”, Tuhan akan tetap menyertai kita apapun keadaan kita.

Dirjen Bimas Kristen, Prof. Dr. Thomas Pentury, M.Si beserta Menag Yaqut Cholil Qoumas dan Dirjen Bimas Katolik, Yohanes Bayu Samodro hadir di Epicentrum Artprenuer, Jakarta untuk menyaksikan secara virtual Perayanaan Natal Nasional 2020.

Presiden Joko Widodo berharap perayaan Natal tahun 2020 menjadi momentum meningkatkan kepedulian social. “Natal harus menjadi momentum untuk mewujudkan kasih Tuhan untuk sesama yang menderita, saling tolong-menolong, saling peduli, saling berbagi beban, dan senantiasa menghadirkan kebaikan bagi bangsa dan negara,” kata Presiden Jokowi saat memberikan arahan secara virtual.

Natal 2020 dirayakan dalam suasana berbeda, karena pandemi Covid-19. Pandemi ini telah menyebabkan masyarakat harus membatasi kegiatan dan beradaptasi dengan kebiasaan baru, kehilangan kesempatan bertemu keluarga dan sahabat, tidak dapat beribadah sebagaimana mestinya, bahkan belajar dan bekerja dari rumah, serta mengurangi interaksi kepada sesama.

Presiden berpesan, agar semua warga bangsa tidak cepat kehilangan harapan. Sebab, Presiden meyakini bahwa Tuhan akan selalu bersama umat-Nya dan memberikan jalan untuk menghadapi masa-masa sulit.

“Sebagai umat beriman, beban yang berat ini tidak boleh membuat kita cepat putus asa. Di dalam setiap perayaan Natal kita akan menemukan cahaya lilin-lilin kecil yang dinyalakan di setiap rumah umat Kristiani di seluruh Tanah Air," kata Jokowi.

Cahaya lilin itu, lanjut Jokowi, mengingatkan semua tentang kehadiran Tuhan yang selalu bersama, hadir di antara manusia, dan bekerja untuk pemulihan diri umat-Nya.

Jokowi juga mengingatkan warga bangsa khususnya kepada umat Kristiani yang merayakan Natal, agar jangan berdiam diri dan harus berusaha, baik secara lahir maupun batin, untuk tetap berupaya menjalankan protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19 dengan sepenuh hati dan kedisiplinan untuk menjaga diri, keluarga, hingga sahabat, agar terhindar dari virus Corona.

"Perayaan Natal ini juga harus menjadi momentum puncak bagi tumbuhnya kesadaran baru dan introspeksi diri untuk selalu ingat bahwa sesama manusia harus saling mencintai, saling menjaga, dan saling mengasihi di tengah kesulitan," kata Jokowi.

Jokowi juga berharap agar seluruh umat Kristiani di Tanah Air terus menjaga harapan, sembari menebar kebaikan di antara sesama untuk membawa semangat baru, agar seluruh rakyat Indonesia dapat segera pulih dan bangkit kembali dari situasi sulit pandemi ini dengan bersama-sama.

Dalam khotbahnya, Mgr. Ignatius Suharyo juga menyampaikan bahwa penyertaan Allah itu bukanlah sekedar konsep iman yang indah. Penyertaan Allah itu sungguh nyata dalam diri siapa pun yang berbuat baik. Apapun, sekecil apapun perbuatan baik yang dilakukan. “Dengan demikian merayakan Natal berarti bersyukur atas kebaikan-Nya yang boleh kita alami sampai sekarang, dalam persaudaraan antar sesame warga, dalam keluarga, dalam pelayanan publik dan dalam berbagai kesempatan lain.

Romo Suharyo mengajak kita sekalian untuk bersyukur atas penyertaan Allah didalam sejarah bangsa kita. Sejarah ini menjadi dasar yang sangat kuat bagi kita sekalian dalam keadaan apapun untuk terus melangkah maju dengan penuh harapan dan optimisme.

“Dan dilain pihak, saudara2 yang terkasih, umat Kristiani yang merayakan Natal diharapkan didorong oleh semangat Natal untuk semakin rajin berbuat baik karena itulah jati diri murid-murid Kristus. Membangun kehidupan bersama sebagai warga bangsa, bekerja sama dengan pemerintah dan semua yang berkehendak baik, bertolong-tolongan untuk meringankan beban kehidupan, semakin rela berbagi, menjauhkan diri dari godaan untuk mengumbar ujaran kebencian, kebohongan dan keserakahan dalam berbagai macam bentuk.”

Mengakhiri renungannya, Romo Suharyo menceritakan kisah yang tergambar di dalam salah satu relief di Candi Mendut, Jawa Tengah. Relief itu menggambarkan seekor burung yang berkepala dua, yang satu di atas, dan kepala yang kedua di bawah, di balik gambar itu ada kisah. Setiap burung itu mencari makan, hanya kepala yang di atas yang dapat makanan enak, sementara kepala yang di bawah hanya mendapat sisanya. Pada suatu kali, kepala yang di bawah tidak tahan, dan berkata kepada kepala yang di atas: “Kawan, tolonglah sekali-sekali kamu memberikan makan yang segar, bukan sisa-sisa terus.” Kepala yang di atas menjawab: “Kawan, kita kan satu badan, jadi yang saya makan juga untuk kami.” Kepala yang di bawah menerima. Setiap kami ia berkata demikian, mendapat jawaban yang sama. Pada suatu titik, ia marah, makan racun dan matilah burung berkepala dua itu.

“Kita masing-masing dapat menarik suatu pesan yang dasyat, yang pantas menjadi renungan kita, bukan hanya pada saat ini, tetapi selalu. Bukan hanya untuk direnungankan, tapi untuk dilakukan dengan cara-cara yang semakin kreatif.”

“Akhirnya, semoga kita masing-masing, keluarga dan komunitas kita dapat menjadi Imanuel-Imanuel kecil di masa penuh tantangan ini lewat perbuatan baik kita, apapun itu, sekecil apapun itu.”

Sumber: Biro HDI

Editor: Gloria de Fretes

Berita Terkait