REFLEKSI MINGGU (5 Juli 2020)
Minggu, 05 Juli 2020, 00:57:14 WIB

BEKERJA BERSAMA, TOLONG MENOLONG DAN BAHU MEMBAHU
Mazmur 133 : 1 - 3
Pdt. A.J.S. Werinussa
Ketua Umum Gereja Protestan Maluku (GPM)
Saudara-saudara pemirsa yang dikasihi Tuhan, Shalom!! Dari Gereja Protestan Maluku di Ambon, kami datang menyapa saudara-saudara melalui pemberitaan firman di hari ini.
Saudara-saudara pemirsa untuk mendasari pembacaan dan pemberitaan firman kita dikesempatan hari ini, saya akan membaca Mazmur 133:1-3 yang begini bunyinya: “Persaudaraan yang rukun. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun. Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.”
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, kita semua sebagai bangsa dan masyarakat sementara menghadapi pandemi Covid-19 yang menggetarkan kita semua, dan kita dihantui rasa takut yang berkelebihan. Karena itu pada kesempatan ini, kita tidak punya pilihan yang lain kecuali hanya satu pilihan yaitu kita harus bekerja bersama, tolong menolong dan bahu membahu. Dan untuk dapat bekerja bersama, tolong menolong dan bahu membahu kita harus memiliki kesadaran persaudaraan, sebab dengan kesadaran persaudaraan sebagai bangsa, sebagai sesama manusia kita akan dapat bekerja dengan baik secara bersama-sama dan kita boleh tolong menolong dan bahu membahu. Karena itu di pemberitaan firman pagi ini, saya berkecenderungan untuk melihat persaudaraan ini sebagai suatu yang penting buat kita. Saya mengambil Mazmur 133, di dalam Mazmur ini ada 3 hal penting untuk membangun pengertian kita tentang pentingnya persaudaraan.
Pertama adalah jika pemazmur mengakui sungguh alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun. Baik, saya mencoba memparalelkan itu dengan Kejadian pasal 1 tentang cerita penciptaan. Setiap Tuhan menjadikan satu bagian bumi dalam hari-hari, maka akhirnya Tuhan mengakui itu baik. Baik disini tidak lain adalah berguna bagi kehidupan dan kelangsungannya jadi bukan secara estetika saja tetapi berfungsi bagi kehidupan. Pada perspektif itu, saya mencoba memparalelkan dengan pengakuan pemazmur, sungguh, alangkah baiknya dan indahnya. Ini menyatakan bahwa persaudaraan yang rukun atau diam bersama dengan rukun itu adalah penting bagi kelangsungan hidup. Kelangsungan hidup hanya bisa berjalan kalau orang-orang diam bersama dengan rukun, saling tolong menolong, dan saling bahu membahu. Sebab diam bersama dengan rukun itu bukan seperti satu kumpulan benda mati, tetapi diam bersama dengan rukun yang hidup, akan tercermin dari interaksi saling tolong menolong dan bahu membahu itu.
Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus, diam bersama dalam perspektif persaudaraan seperti tadi, kemudian oleh pemazmur diandaikan dengan minyak pengurapan dan embun yang turun, dua-duanya memiliki makna yang sama. Minyak pengurapan itu adalah minyak yang baik dan yang mahal, dan minyak yang berguna penahbisan jemaat. Minyak yang baik yaitu menurut saya, ijinkan saya mengatakannya sebagai minyak yang suci dan dengan demikian persaudaraan yang rukun itu dan diam bersama dengan rukun itu tidak lain adalah satu akar suci melangsungkan kehidupan bersama, jadi berfungsi bagi kelangsungan hidup.
Yang kedua mengenai embun. Embun itu punya fungsi menyegarkan dan karena embun itu memiliki fungsi menyegarkan, maka segala sesuatu yang dari kemarin kita lihat penuh dengan kegersangan. Ketika kita tidur, kita bangun pagi, kita bisa menemukan dua keindahan, panorama yang sangat indah dan itu disebabkan oleh embun. Fungsi embun menghidupkan dan menyegarkan. Jadi diam bersama dengan rukun dalam perspektif persaudaraan berfungsi dalam kelangsungan hidup dan menghidupkan dan menyegarkan. Dan pemazmur sendiri mengakui hanya kesitulah suasana diam bersama dengan rukun, persaudaraan yang utuh tanpa membedakan latar belakang, lalu Tuhan akan menjanjikan kehidupan untuk selama-lamanya. Kehidupan dalam keabadian dan itu yang paling penting. Maka dari itu dalam suasana persaudaraan seperti ini yang kita butuhkan, kita tidak bertanya bahwa seseorang itu berasal dari mana, agama apa, dari golongan mana, apa warna kulitnya, yang kita tanyakan adalah apa yang akan dia akan lakukan bagi kepentingan bersama dalam situasi seperti ini. Ini pesan penting buat kita semua, sebagai bangsa dan umat manusia dan teristimewa sebagai umat Kristiani. Tuhan memberkati saudara-saudara, amin.
Video Mimbar Kristen Ditjen Bimas Kristen Edisi Minggu, 5 Juli 2020
Berita Terkait
- Rapat Koordinasi Mitigasi Permasalahan EMIS Non-Pendis: "Bimas Non-Pendis Siapkan Tim Ahli untuk Percepat Integrasi Data Pendidikan"
- Dirjen Bimas Kristen dorong lagu-lagu Pesparawi hadir dalam setiap ibadah, bukan hanya di panggung kompetisi.
- BKPN Gelar Sidang Sinode IX di Nias Selatan, “Gereja Diajak Jadi Mitra Strategis Bangun Bangsa”.
Berita Terpopuler

Penerimaan Mahasiswa/i Baru IAKN Tarutung
Dibaca: 3843 kali

Seleksi Nasional PMB Tahun Akademik 2019/2020
Dibaca: 3603 kali

Menteri Agama Melantik Sejumlah Pejabat di Lingkungan Kemenag
Dibaca: 1689 kali

Perpanjangan Jadwal Pendaftaran CPNS Kementerian Agama Tahun 2018
Dibaca: 1637 kali
