MIMBAR KRISTEN KEMENTERIAN AGAMA, MINGGU, 27 Juni 2021

Sabtu, 26 Juni 2021, 19:00:37 WIB

Teman         : Melayani Dalam Pimpinan Roh Kudus

Pengkotbah : Pdt. Dr. Pieter A. Napitupulu, M. Th. - Ketua Sinode Gereja Penyebaran Injil (GPI)

Nats Alkitab : Kisah Para Rasul 6:1-7

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Shalom Pemirsa Mimbar Agama Kristen Kementerian Agama Republik Indonesia, Saya mengucapkan selamat hari minggu dan selamat kita mendengarkan firman Tuhan.

Bulan Mei yang lalu kita baru saja memperingati hari Pencurahan Roh Kudus (hari Pentakosta). Dimana Roh Kudus diutus sebagai Penolong dan Pemimpin hidup kita.

Thema kotbah saya saat ini adalah MELAYANI DALAM PIMPINAN ROH KUDUS.

Mari kita baca di dalam Kisah Para Rasul 6:1-7 : 1 Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. 2  Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. 3  Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, 4  dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman." 5  Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. 6 Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka.  7  Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.

Gereja perdana yang ada di Yerusalem ini pada awalnya belum memiliki organisasi formal dan tidak ada pejabat gereja atau pemimpin selain para rasul. Sehingga semua bentuk pelayanan di dalam jemaat dilakukan oleh para rasul yaitu:

  1. Pelayanan doa, kotbah dan pengajaran firman.
  2. Dan Pelayanan meja terhadap para janda.

Para janda yang menerima pelayanan meja di jemaat di Yerusalem saat itu terdiri dari dua golongan.

  1. Janda-janda dari golongan orang Yahudi yang berbahasa Ibrani namun dalam keseharian mereka menggunakan bahasa Aram. Mereka ini berasal dari lingkungan Palestina yaitu orang yang dari kecil menetap di sekitar Yerusalem dan bukan perantau).
  2. Janda-janda dari golongan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani. Mereka pernah lama merantau di luar wilayah Palestina (Israel) yang menggunakan bahasa Yunani. Sangkin lamanya tinggal di luar Palestina, mereka tidak bisa lagi berbahasa Ibrani atau bahasa Aram yang biasa dipakai oleh masyarakat Yerusalem pada masa itu.

Banyak di antara janda dari kalangan Yahudi diaspora/perantau ini kembali ke Yerusalem untuk tinggal di sana, dan sebagian di antara mereka menjadi kristen dan menjadi anggota jemaat di Yerusalem. Pada umumnya para janda miskin ini adalah orang-orang yang tidak memiliki sarana penunjang kehidupan, sehingga dukungan untuk kebutuhan pokok dari jemaat di Yerusalem sangat mereka perlukan. Dengan semakin banyaknya jumlah anggota jemaat dan terbatasnya pelayan Tuhan yang menolong dalam pelayanan meja, timbullah sungut-sungut di antara janda-janda orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani (yang berbahasa Aram), karena pembagian kepada janda-janda yang berbahasa Yunani diabaikan dalam pelayanan sehari-hari.

BAGAIMANA SIKAP RASUL-RASUL DALAM MERESPON MASALAH YANG TERJADI DI KALANGAN JEMAAT? KHUSUSNYA MASALAH PEMBAGIAN KEBUTUHAN PARA JANDA INI?

Sebelum kita melihat sikap Para Rasul dalam merespon masalah yang terjadi, mari kita lihat sekilas  tentang Para Rasul ini:

  1. Awalnya mereka datang dari kehidupan strata sosial yang sederhana, di antaranya ada yang hanya sebagai nelayan saja.
  2. Kemudian dimuridkan langsung oleh Yesus  selama 3,5 tahun
  3. Dipenuhi oleh Roh Kudus di dalam Kisah Rasul 2.

Di dalam Yohanes 16:13. Roh Kudus atau Roh Kebenaran itu berperan memimpin. Berarti Para Rasul ini bukan hanya dipenuhi atau dibaptis Roh Kudus, tetapi juga dipimpin oleh Roh Kudus dalam melayani.

  1. Kemudian mereka menjadi Pemimpin Jemaat di Yerusalem yang jumlahnya diawal Petrus berkotbah 3000 orang dan di dalam Kisah Rasul 4:4 jumlah mereka bertambah menjadi 5000 orang.
  2.  Mereka sudah menjadi orang penting, orang yang berpengaruh dan dikenal luas hingga di kalangan masyarakat  kota Yerusalem.

Sikap Para Rasul dalam merespon masalah dalam pelayanan ini:

  1. Rendah hati

Di dalam ayat 1, Para Rasul dengan jujur mengakui adanya masalah yang sedang terjadi dalam pelayanan mereka.

Bagi orang penting dan terkenal, tidaklah mudah untuk mengakui adanya kekurangan dalam pelayanan atau pekerjaannya, mungkinan lebih cenderung menceritakan tentang pencapaian-pencapaian dan kesuksesannya.

Tetapi bagi Para Rasul yang dipimpin oleh Roh Kudus, dengan rendah hati mereka terbuka menceritakan apa adanya dalam pelayanannya.

Mereka sampaikan bahwa pelayanan kepada janda-janda sudah terabaikan karena keterbatasan SDM yang melayani meja, sementara jumlah jemaat terus meningkat. Sikap rendah hati ini mereka tunjukkan juga dengan:

  1. Peduli terhadap persoalan janda-janda dari kalangan orang miskin. Masalah ini bisa saja diabaikan karena masih banyak orang-orang penting lainnya yang perlu di layani.  Tetapi bagi pemimpin yamng rendah hati akan menunjukkan kepedulian kepada semua kalangan jemaat.
  2. Rasul-rasul mengajak murid-murid duduk bersama untuk mencari solusi. Tidak ada gab/jarak antara Rasul-rasul dengan murid-murid. Rasul-rasul tidak merasa lebih superior dalam pengambilan keputusan di tengah jemaat.

Para rasul hanya memberi kriteria calon pejabat tersebut yaitu, yang terkenal baik, penuh Roh dan hikmat (Ayat 3).

Justru murid-murid yang ditugaskan oleh Rasul-rasul untuk memilih calon pelayan meja sebagai solusi dari permasalahan.

meja ini disebut Diaken, walaupun kata Diaken tidak disebut di dalam perikop ini.

Setelah murid-murid memilih 7 orang calon diaken, para rasul mentahbiskannya dengan menumpangkan tangan. Maka sejak itu pendelegasian tugas terjadi. Para Rasul bersedia berbagi wewenang.

  1. Rasul-rasul bersedia mendelegasikan tugas dan bekerja sama dengan para diaken.

Bagaimana para Rasul memiliki sikap rendah hati ini?

Tentu, mereka meneladani sikap Yesus yang rendah hati. Pasti masih segar diingatan mereka bagaimana Yesus dengan rendah hati  pernah membasu kaki mereka.

Yesus juga berkata kepada mereka di dalam Matius 11:29: …belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati…

Sikap rendah hati yang diperagakan Para Rasul yang dipimpin Roh Kudus ini, menjadi titik awal terjadinya komunikasi yang baik di antara Para Rasul, Murid-murid dan jemaat dalam mengupayakan solusi yang terbaik.

Sikap yang kedua yang ditunjukkan Para Rasul dalam merespon masalah jemaat dalam perikop ini adalah:

2. Menjaga Kesatuan

    Komunitas jemaat yang terdiri dari dua Bahasa ini, bisa menjadi pemicu untuk pecah dan berpisah. Dengan masalah yang terjadi bisa akhirnya pecah menjadi dua gereja:

a. Gereja yang berbahasa Ibrani (aramik)

b. Gereja yang berbahasa Yunani.

Tetapi perpecahan atau skisma ini jauh dari sikap dan pemikiran para Rasul ini.

Karena mereka paham bagaimana sulitnya untuk memperjuangkan kesatuan, sampai Yesus sendiri telah berdoa supaya mereka semua menjadi satu, supaya dunia percaya bahwa Bapa yang mengutus Yesus (Yohanes 17:21).

Rasul Paulus juga memberi nasehat di dalam Efesus 4:3: “Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera.”

Bagi para pelayan Tuhan yang dipimpin oleh Roh Kudus sikap menjaga kesatuan ini, kiranya tetap kita pertahankan.

Sikap yang ke 3 yang ditunjukkan oleh Para Rasul dalam merespon masalah jemaat ini:

3. Bijaksana dan berhikmat.

   Para Rasul ini telah memutuskan untuk berbagi wewenang (sharing power):

  1. Para Rasul focus untuk pelayanan doa dan pelayanan firman
  2. Para Diaken focus melayani meja dan mengurus dengan baik bantuan untuk para janda.  
  3. Semua nama dari 7 Diaken ini namanya adalah dalam bahasa Yunani. Bisa jadi hal ini sebagai cara untuk menolong kelancaran komunikasi terhadap para janda yang bermasalah dari kalangan yang berbahasa Yunani tersebut.
  4.  Dengan bijak dan berhikmat para rasul telah menjadikan masalah yang begitu serius ini sebagai kesempatan bagi pelayanannya semakin bertumbuh yang bisa kita lihat di dalam ayat 7:

Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.

Bagaimana para Rasul ini menjadi bijak dan berhikmat dalam mengatasi permasalahan yang terjadi?

Hal itu dimungkinkan karena Roh Kudus dapat memberi karunia perkataan hikmat kepada mereka.

Di dalam 1 Korintus 12:7-8a:

Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat.

Dengan hikmat dari Roh Kudus inilah masalah yang begitu seriuspun dapat terselesaikan dengan baik.

Bapak/Ibu dan Saudara pemirsa, Apakah kita sedang mengalami permasalahan yang serius mirip seperti jemaat perdana ini?

Jika dengan pimpinan Roh Kudus permasalahan di jemaat Yerusalem ini dapat terselesaikan dengan bijak bahkan akhirnya membawa pertumbuhan lebih lanjut, kita percaya, Roh Kudus yang sama akan memimpin kita untuk menemukan solusi yang terbaik atas permasalahan kita.

Namun dalam merespon masalah yang terjadi di sekitar kita mari semua pemirsa

A. Memohon pertolongan dan pimpinan Roh Kudus untuk memberi solusi yang  

     terbaik.

B. Dengan meneladani sikap para Rasul ini:

    1. Sikap Rendah hati,

    2. Menjaga kesatuan

    3. Bijaksana dengan berhikmat

Amin.

Video Mimbar Kristen Kementerian Agama Bersama Sinode GPI, Edisi Minggu, 27 Juni 2021

Berita Terkait