Jaringan Doa Nasional Gelar Konferensi ke-XVII, Kobarkan Semangat Kesatuan dan Transformasi Bangsa

Selasa, 28 Oktober 2025, 19:59:31 WIB

Jakarta (DBK)---Konferensi Nasional ke-17 Jaringan Doa Nasional (JDN) berlangsung dengan penuh sukacita dan kekhidmatan di Hotel Millenium, Jakarta, pada Selasa, 28 Oktober 2025. Acara ini mengusung tema besar “Kebangkitan Doa Nasional” yang terinspirasi dari Yohanes 17:22, dengan subtema “Merajut Kesatuan untuk Transformasi Bangsa” (Efesus 4:3; Mazmur 133:1–3).

Acara tersebut dihadiri serta dibuka secara resmi oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Bapak Pramono Anung. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan harapan agar momentum kebersamaan yang terjalin melalui konferensi ini dapat memberikan kontribusi nyata dan berdampak positif bagi kemajuan bangsa Indonesia.

“Mudah-mudahan Konferensi Jaringan Doa Nasional ini dapat berjalan dengan baik, menghadirkan kekuatan doa kolektif untuk memajukan bangsa, serta memberikan manfaat bagi negara, umat, dan seluruh masyarakat,” ujarnya.

Konferensi Nasional ke-17 ini menjadi wadah penting bagi para hamba Tuhan, pemimpin gereja, dan pendoa dari seluruh Indonesia untuk memperkuat komitmen dalam gerakan doa kolektif bagi kebangkitan bangsa.

Jaringan Doa Nasional (JDN) sendiri merupakan lembaga jejaring kebersamaan doa antargereja yang berdoa bagi keutuhan dan kebangkitan bangsa, sekaligus menjadi wadah doa bagi setiap pergumulan, situasi, dan tantangan yang dihadapi Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Kementerian Agama, Jeane Marie Tulung, turut menyampaikan sambutan inspiratif yang meneguhkan makna doa sebagai kekuatan pemersatu bangsa. Beliau menegaskan bahwa tema Kebangkitan Doa Nasional bukan sekadar perayaan rohani, melainkan panggilan profetis untuk menyalakan kembali api doa, kesatuan, dan transformasi bangsa.

“Doa bukan hanya kegiatan rohani, tetapi kekuatan ilahi yang membangkitkan kesadaran, memulihkan relasi, dan menggerakkan transformasi, baik pribadi, gereja, maupun bangsa. Dalam doa, kita membiarkan Tuhan membentuk kita menjadi alat pemulihan dan agen perubahan bagi negeri ini,” tutur Dirjen.

Lebih lanjut, Dirjen menekankan bahwa doa memiliki daya yang menegakkan bangsa.
“Di saat ekonomi menekan, doa menumbuhkan harapan. Di saat moral publik merosot, doa menyalakan kembali nurani. Dan di tengah perbedaan yang kian tajam, doa menyatukan, karena doa menghubungkan manusia kepada Sang Sumber Damai,” ujarnya.

Dirjen menutup dengan doa dan harapan agar api doa yang menyala dalam konferensi ini tidak berhenti di altar, tetapi menyebar ke seluruh penjuru negeri menjadi nyala kasih, kesatuan, dan pengharapan bagi Indonesia tercinta.

Berita Terkait