Dirjen Bimas Kristen Ajak Gereja Perkuat Ketahanan Sosial dan Responsif terhadap Disrupsi pada Sidang Majelis Sinode Am GPI 2025

Selasa, 02 Desember 2025, 22:38:53 WIB

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen, Kementerian Agama, Jeane Marie Tulung, menghadiri sekaligus memberikan sambutan dalam Sidang Majelis Sinode Am Gereja Protestan di Indonesia (GPI) Tahun 2025. Dalam kesempatan tersebut, Jeane menegaskan pentingnya gereja untuk adaptif, visioner, dan responsif dalam menghadapi ragam tantangan era disrupsi.

Mengawali sambutannya, Dirjen menyampaikan belasungkawa dan solidaritas mendalam atas bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Sumatra Utara, Aceh, dan Sumatera Barat. Beliau mengajak seluruh sinode dalam GPI turut memperkuat aksi nyata melalui kolaborasi lintas sinode serta kerja sama dengan pemerintah, baik dalam penanganan darurat maupun pemulihan jangka panjang.
“Ketahanan sosial gereja tercermin dari seberapa cepat dan tepat gereja merespons pergumulan umat dan bangsa,” ujarnya.

Dirjen kemudian menyoroti tema sidang, “Ujilah segala sesuatu dan peganglah apa yang baik” (1 Tesalonika 5:21), yang dinilainya sangat relevan dengan dinamika gereja dan masyarakat saat ini. Gereja, tegasnya, perlu memiliki kejernihan rohani serta ketajaman etis dalam menyikapi perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi yang begitu cepat.
“Tidak semua yang baru itu baik, tetapi tidak semua yang lama itu relevan. Gereja harus melihat perubahan dengan kacamata Injil, bukan dengan ketakutan,” ungkapnya.

Beliau juga menekankan pentingnya peran gereja dalam menjadi oase kebenaran di tengah arus informasi yang berpotensi menyesatkan, polarisasi, hoaks, dan budaya instan. Dirjen mendorong penguatan literasi Alkitab, pembinaan karakter, serta spiritualitas yang otentik sebagai fondasi ketahanan sosial gereja. Selain itu, beliau menegaskan perlunya gereja memanfaatkan teknologi digital untuk penginjilan, pengembangan kapasitas pelayan, pendidikan iman, serta pelayanan sosial yang relevan bagi generasi masa kini.

Dalam sambutannya, Dirjen turut menegaskan tiga prioritas Kementerian Agama yang selaras dengan arah pelayanan GPI, yakni:

  1. Penguatan Kerukunan dan Cinta Kemanusiaan,

  2. Layanan Keagamaan yang Berdampak, dan

  3. Ekoteologi.

Belia menilai gereja memiliki peran strategis dalam merawat kohesi sosial, menolak ujaran kebencian, dan mempromosikan dialog antaragama. Pada aspek ekoteologi, Dirjen mendorong gereja mengembangkan gaya hidup ekologis seperti pengurangan sampah, penggunaan energi bersih, gerakan menanam pohon, serta pendidikan lingkungan bagi anak dan remaja.

Dirjen menyebut Sidang Majelis Sinode Am GPI sebagai momentum penting untuk memperkuat sinergi, melakukan evaluasi, serta merumuskan langkah pelayanan yang visioner. Beliau berharap gereja-gereja dalam lingkup GPI terus menjadi mitra aktif pemerintah dalam meningkatkan kualitas pelayanan pastoral, tata kelola gereja, serta ketangguhan menghadapi tantangan lintas generasi.

“Saya percaya, GPI sedang menegaskan komitmennya menjadi gereja yang dewasa dalam iman, berakar pada Firman, adaptif terhadap perubahan, dan membawa dampak nyata bagi bangsa,” tutupnya.

Di akhir rangkaian acara, turut hadir Wakil Gubernur Daerah Khusus Jakarta, Rano Karno, yang memberikan dukungan atas terselenggaranya sidang serta menegaskan komitmen pemerintah daerah dalam memperkuat sinergi dengan lembaga keagamaan demi terciptanya kerukunan dan pembangunan yang berkeadilan.

Berita Terkait