“Kementerian Agama Melihat dan Menempatkan Gereja sebagai Mitra Kerja untuk Bersama-Sama Membangun, Meningkatkan dan Memfasilitasi Pelayanan Terhadap Umat”
Rabu, 03 Februari 2021, 21:05:35 WIB
Jakarta, DBK – Rabu (03/02), dalam rangka memperingati Hari Pekabaran Injil ke-166 Tahun di Tanah Papua, PGGP (Persekutuan Gereja-gereja setanah Papua) dan FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Provinsi Papua menyelenggarakan kegiatan Seminar "Moderasi Beragama Dalam Terang Injil" secara daring (dalam jaringan). Hadir pula secara virtual mewakili Menteri Agama H. Yaqut Cholil Qoumas, Dirjen Bimas Kristen Prof. Dr. Thomas Pentury, M.Si.
Dalam sambutannya mewakili Menteri Agama, Dirjen menyampaikan bahwa meski kegiatan ini diselenggarakan secara virtual, tidak mengurangi semangat perayaan HPI yang ke-166 di Papua.
“Semangat dan karya nyata Ottow, Gaissler dan Don Richardson yang berawal dari tahun 1855 sampai sepuluh dekade kemudian sebagai pahlawan injil di Tanah Papua terus dikenang dan senantiasa berdampak hingga saat ini. Salah satu faktor keberhasilan misi Injil di Tanah Papua adalah adanya kesadaran para tokoh saat itu, bahwa manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling mulai memiliki kedudukan yang sama di hadapan Tuhan. Pandangan ini menjadi motivasi yang kuat bagi para tokoh Injil untuk memberitakan Injil di Tanah Papua,” terang Dirjen Thomas.
“Kesadaran bahwa manusia memiliki kesetaraan inilah yang mulai tergerus oleh perkembangan waktu dan jaman. Secara umum, hingga saat ini perkembangan isu-isu HAM di Indonesia masih menghadapi beragam tantangan, misalnya soal kesetaraan, kemanusiaan, keadilan dan perlindungan kelompok minoritas. Setiap agama pasti mengajarkan kebaikan dan kerukunan, dan untuk menciptakan hal itu, sikap inklusif haruslah kita hindari dalam kehidupan bermasyarakat.”
“Siapa menindas orang yang lemah menghina pencipta-Nya, tetapi siapa menaruh belas kasihan kepada orang miskin memuliakan Dia. Kutipan Injil yang terambil dari Amsal 14 ayat 31 ini mau menjelaskan tentang konsep Memanusiakan Manusia yang merupakan bagian dari Humanisme. Hal yang paling mendasar dari konsep Memanusiakan Manusia pada paham Humanisme adalah Kasih. Kasih kepada sesama berarti kita harus mampu menghargai dan menghormati sesama sesuai dengan martabatnya sehingga tercipta kerukunan antar umat beragama,” jelas Dirjen.
“Kerukunan antar umat beragama di Indonesia menjadi satu-satunya pilihan, tidak ada pilihan lain kecuali harus terus mengusahakan dan mengembangkannya. Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi Pancasila dan UUD 1945, kita harus bertekad untuk terus membangun masyarakat, bangsa dan negara kita. Dalam masyarakat Indonesia yang multi agama dan multi budaya, konflik kerap terjadi. Sesungguhnya moderasi beragama menjadi signifikan, tidak hanya bagi penciptaan relasi konstruktif di antara agama-agama eksternal, tetapi juga penting secara internal untuk menciptakan harmoni di antara berbagai aliran dalam satu agama. Moderasi beragama juga penting untuk dikembangkan melalui langkah-langkah strategis dengan melibatkan peran semua pihak.”
“Tugas penginjilan berjalan beriringan dengan permasalahan dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum dan HAM. Gereja tidak dapat menutup mata terhadap setiap persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Persoalan-persoalan tersebut sering kali terjadi saling berhimpitan dan mengakibatkan pergeseran horizontal maupun vertikal, sehingga akhirnya peta kemajemukan masyarakat semakin rumit dan sulit untuk diuraikan. Oleh karena itu, upaya-upaya gereja dalam menjadi terang di tengah-tengah masyarakat perlu terus dilakukan dan semakin dikembangkan sebagai bagian dari tugas penginjilan dan ayunan langkah menuju masa depan yang lebih baik dan sejahtera.”
“Sebagai bagian dari penginjilan, gereja adalah alat yang dipakai Tuhan dalam pembentukan iman dalam arti yang sesungguhnya, terutama dalam menghadapi heterogenitas masyarakat Indonesia. Kemitraan antara pemerintah dengan gereja dan lembaga-lembaga keagamaan selama ini telah terjalin dengan baik dan akan terus ditingkatkan pada masa yang akan datang.”
“Pemerintah sangat menyadari bahwa kami tidak dapat berjalan sendiri, harus menjalin kemitraan yang kuat dengan seluruh komponen yang ada di dalam masyarakat, terutama dengan lembaga-lembaga keagamaan sebagai potensi strategis dalam pembangunan spiritual berbangsa dan bermasyarakat. Kementerian Agama melihat dan menempatkan gereja sebagai mitra kerja untuk bersama-sama membangun, meningkatkan dan memfasilitasi pelayanan terhadap umat,” tutup Dirjen Thomas Pentury.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber : Siaran Pers
Penulis : Gloria de Fretes
Foto : Harryson Eddy
Berita Terkait
- Rakernas, Pimpinan Kemenag Tegaskan Komitmen Lebih Melayani Umat
- Gelar Rakernas, Menag: Peras Otak, Berikan Solusi Terbaik Bagi Umat
- Penandatanganan Kesepakatan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian Agama di Lingkungan Ditjen Bimas Kristen
- Dirjen Bimas Kristen Tegaskan Moderasi Beragama sebagai Solusi Krisis Kemanusiaan
- Hadiri HUT ke-78 BPK Gunung Mulia, Ses Ditjen Bimas Kristen minta agar tetap Eksis Melayani Umat