Gunakan prinsip Kolaboratif dalam menjalankan program-program Ditjen Bimas Kristen kata, Koordinator Staf Khusus Menteri Agama Abdul Rochman.

Kamis, 29 Februari 2024, 20:30:21 WIB

Koordinator Staf Khusus Menteri Agama Abdul Rochman, mengatakan program-program pada Kementerian Agama dapat dilakukan dengan prinsip kolaboratif. Sebagai contoh program pengembangan SDM apabila kekurangan anggaran bisa dibantu oleh unit eselon I lain yang memiliki anggaran lebih. Hal ini disampaikan Gus Adung, panggilan akrabnya pada Rakernas Pejabat Ditjen Bimas Kristen Pusat dan Daerah tahun 2024, di Bogor, Selasa (27/02/2023).

Gus Adung pun juga menyampaikan keinginan Menteri Agama terkait Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKN) di lingkungan Kemenag, agar PTKN menjadi pilihan pertama siswa SMA untuk melanjutkan pendidikannya.  “Caranya bagaimana? Ini yang harus kita rumuskan bersama,” terangnya.

Pada Forum PTKIN yang lalu, Gus Men sempat melontarkan bahwa PTKN perlu melakukan rebranding dengan universitas lainnya. “Bimas Kristen mungkin juga perlu melakukan rebranding untuk PTKKN agar mudah diterima oleh publik,” sarannya kepada Bimas Kristen. 

Lebih lanjut, Gus Adung mengatakan, PTKN menjadi sangat penting karena bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan umum tapi ilmu pengetahuan agama mengingat fondasi generasi bangsa ke depan ada di agama, diantaranya terkait revolusi mental dan karakter.

“Saya mendorong Bapak Ibu mewarnai dan membimbing umat beragama kita dengan pemahaman yang moderat, dan toleran dan harus berani, penting memunculkan para intelektual dari PTKKN untuk membimbing masyarakat kita, jangan sampe umat kita dibimbing oleh penceramah atau tokoh yang pemahaman agamanya tidak bijaksana dengan pemahaman negara kita,” pungkas Gus Adung.

Kehadiran PTKN, tambah Gus Adung, harus punya dampak positif bagi daerah. ”Harusnya dimana kampus itu berdiri daerahnya pun maju, logikanya begitu.”

Gus Adung menyatakan dirinya bangga ketika turut serta Bapak Ibu Rektor PTKKN ke Korea melahirkan beberapa MoU dan bertemu dengan mahasiswa asal Indonesia yang menerima beasiswa dari pemerintah Korea. Gus Adung menceritakan mahasiswa-mahasiswa tersebut mendapat perhatian dari profesornya dalam perkembangan penelitian yang berdampak untuk kemajuan negara asal mereka.

“Kita punya LPDP 1 Tryliun lebih, baru dimanfaatkan 200 sampai 300an milyar, kenapa kita tidak gunakan untuk merekrut anak muda terbaik, berikan beasiswa kepada mereka sampai doktor di PTKKN. Mendorong ahli status kita merekayasa generasi muda menyambut Indonesia Emas 2045,” tutupnya

Koordinator Staf Khusus Menteri Agama Abdul Rochman, mengatakan program-program pada Kementerian Agama dapat dilakukan dengan prinsip kolaburatif. Sebagai contoh program pengembangan SDM apabila kekurangan anggaran bisa dibantu oleh unit eselon I lain yang memiliki anggaran lebih. Hal ini disampaikan Gus Adung, panggilan akrabnya pada Rakernas Pejabat Ditjen Bimas Kristen Pusat dan Daerah tahun 2024, di Bogor, Selasa (27/02/2023).

Gus Adung pun juga menyampaikan keinginan Menteri Agama terkait Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKN) di lingkungan Kemenag, agar PTKN menjadi pilihan pertama siswa SMA untuk melanjutkan pendidikannya.  “Caranya bagaimana? Ini yang harus kita rumuskan bersama,” terangnya.

Pada Forum PTKIN yang lalu, Gus Men sempat melontarkan bahwa PTKN perlu melakukan rebranding dengan universitas lainnya. “Bimas Kristen mungkin juga perlu melakukan rebranding untuk PTKKN agar mudah diterima oleh publik,” sarannya kepada Bimas Kristen.

Lebih lanjut, Gus Adung mengatakan, PTKN menjadi sangat penting karena bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan umum tapi ilmu pengetahuan agama mengingat fondasi generasi bangsa ke depan ada di agama, diantaranya terkait revolusi mental dan karakter.

“Saya mendorong Bapak Ibu mewarnai dan membimbing umat beragama kita dengan pemahaman yang moderat, dan toleran dan harus berani, penting memunculkan para intelektual dari PTKKN untuk membimbing masyarakat kita, jangan sampe umat kita dibimbing oleh penceramah atau tokoh yang pemahaman agamanya tidak bijaksana dengan pemahaman negara kita,” pungkas Gus Adung.

Kehadiran PTKN, tambah Gus Adung, harus punya dampak positif bagi daerah. ”Harusnya dimana kampus itu berdiri daerahnya pun maju, logikanya begitu.”

Gus Adung menyatakan dirinya bangga ketika turut serta Bapak Ibu Rektor PTKKN ke Korea melahirkan beberapa MoU dan bertemu dengan mahasiswa asal Indonesia yang menerima beasiswa dari pemerintah Korea. Gus Adung menceritakan mahasiswa-mahasiswa tersebut mendapat perhatian dari profesornya dalam perkembangan penelitian yang berdampak untuk kemajuan negara asal mereka.

“Kita punya LPDP 1 Tryliun lebih, baru dimanfaatkan 200 sampai 300an milyar, kenapa kita tidak gunakan untuk merekrut anak muda terbaik, berikan beasiswa kepada mereka sampai doktor di PTKKN. Mendorong ahli status kita merekayasa generasi muda menyambut Indonesia Emas 2045,” tutupnya

Berita Terkait