REFLEKSI MINGGU (29 Maret 2020)
Minggu, 29 Maret 2020, 09:55:24 WIB

SIKAP IMAN UMAT KRISTEN DITENGAH KEKUATIRAN
(Dirjen Bimas Kristen Kementrian Agama RI)
“Janganlah Hendaknya Kamu Kuatir Tentang Apapun Juga,
Tapi Nyatakanlah Dalam Segala Hal Keinginanmu Kepada Allah
Di Dalam Doa Dan Permohonan Dengan Ucapan Syukur” (Filipi 4:6)
Salam Sejahtera Dalam Yesus Kristus, bagi seluruh masyarakat Kristen Indonesia baik yang berada di tanah air maupun yang berada di luar negeri.
Saya sengaja menyampaikan salam sejahtera dalam Yesus Kristus, karena memang Dialah Damai Sejahtera kita, termasuk kita semua yang sedang menghadapi wabah yang tidak terduga sebelumnya dan sesungguhnya kita tidak ikut terlibat, namun realitasnya perseberan wabah ini sangat cepat, dan telah jatuh banyak korban, baik yang sakit maupun yang meninggal. Karena penyebarannya yang sangat mudah, cepat dan global, maka virus korona atau covid-19 ini dinyatakan pandemik oleh WHO.
1. Sikap Iman
Setiap saat, bahkan setiap detik, kita menghadapi fakta dan berita mengenai pandemik covid-19 ini. Fakta ini (pandemik virus Corona) adalah sebuah kenyataan empirik, yang sedang mencekam dunia. Setiap saat, kita semua dengan muda mendapatkan informasi yang aktual, baik di tingkat regional, nasional bahkan internasional mengenai jumlah orang yang positif terjangkit, yang meninggal dan yang sembuh. Selain itu, setiap detik juga, kita berada di tengah-tengah lalu lintas data dan informasi yang bisa saja tidak terkonfirmasi dari sejumlah media sosial yang memuat informasi-informasi yang semakin menakutkan, sehingga kita memang sedang berada di dalam dunia tercekam oleh virus menakutkan ini.
Terhadap fakta empirik dan informasi serta berita yang menakutkan seluruh dunia saat ini, orang beragama khusunya Kristen cenderung jatuh pada dua sikap ekstrim mengatasi masalah, seperti pandemik ini. Pertama, scientific faith, yakni orang yang mengandalkan temuan-temuan kebenaran dan usaha-usaha ilmu pengetahuan semata dalam hal menilai, menganalisis bahkan mencari solusi dalam mengatasi persoalan, seperti pendemik virus Covid-19 ini, tanpa melihat korelasinya dengan hal-hal agama. Kedua, artificial faith, yakni orang yang meyakini bahwa dengan kesetiaan mereka melakukan kegiatan-kegiatan agama sekalipun berada di tengah-tengah bahaya, termasuk penyebaran wabah pademik virus Covid-19 yang sangat mudah dan cepat, mereka mengklaim akan dilindungi bahkan semakin diberkati. Tentu kedua esktrim ini, selain tidak sesuai dengan ajaran Alkitab, juga bertentangan dengan nilai nilai filosofi bangsa kita Pancasila. Karena itu, sebagai orang Kristen Indonesia, kita menghindari kedua sikap ekstrim ini.
Semestinya, sebagai orang Kristen Indonesia, kita dipanggil untuk hidup dan berperan sesuai dengan Teologi Kristen kita dan juga sesuai dengan nilai nilai moral bangsa kita. Keduanya tidak saling bertentangan. Hal ini terwujud dalam dua peran kewarganegaraan kita, yakni sebagai warga Negara Republik Indonesia dan sebagai warga Kerajaan Sorga. Itu artinya, orang Kristen memiliki dual obedience (ketaatan ganda), yakni kepada ajaran Alkitab dan kepada pemerintah (bandingkan Roma 13:1-3). Itu artinya pula, beragama (baca ber-Iman) dan bernegara, adalah dua sisi yang sinergis, sebagaimana sikap sinergis kita mengatasi dengan cara membatasi penyebaran virus Covid-19. Itu pun artinya, mentaati pemerintah merupakan wujud dari mentaati Tuhan dengan segala perintahNya. Mentaati semua ketentuan pemerintah yang sedang berjuang mengatasi masalah besar bangsa yakni penyebaran virus dan menangani korban Covid-19 adalah wujud ber-iman kita.
Sesungguhnya, terhadap fakta dan data yang menakutkan dari virus Covid-19, orang percaya dipanggil untuk mengalami biblical faith, yakni orang yang ber-iman sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Alkitab, maksudnya sesuai dengan content (isi) nya, context (ruang dan waktu)-nya, comprehensif (menyeluruh) bahkan terpadu secara integratif. Content (isi teks) Alkitab tidak dapat dipisahkan dengan context (ruang- waktu) masa kini, termasuk tidak dapat berdiri sendiri dengan keseluruhan kebenarannya, termasuk ilmu pengetahuan. Itu artinya, orang beriman kepada Alkitab, adalah orang mensinergiskan secara integratif iman dan pengetahuan, khususnya berkenaan dengan pengetahuan mengenai virus Covid-19 dan cara-cara menghentikan penyebarannya dan menyembuhkan mereka yang telah terjangkit, ini adalah hakekat manusia yang memiliki akal budi (intellectus) yang sifatnya terbuka bagi yang tak terbatas (ratio).
Mengimani kebenaran Alkitab, tidak dapat dipisahkan dengan pengharapan dan kasih, sebagaimana yang tertulis: “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih (1 Kor. 13:13). Orang yang beriman adalah orang yang mengasihi Allah dan sesama dengan seutuhnya yakni dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan (Markus 12:30).
Saya mengajak kita semua mengimani kebenaran itu dengan cara mengasihi Allah dan dan mengasihi sesama kita. Mengasihi sesama kita dalam konteks dunia yang sedang dicekam oleh ketakutan karena fakta, data dan berita mengenai pandemik ini, yaitu dengan hidup bersih, tertib sesuai dengan arahan dan ketentuan pemerintah, dan berdoa untuk semua upaya pemerintah mengatasi pandemik ini. Karena dengan berdoa, kita telah mengungkapkan pengharapan kita kepada Allah yang kita yakini sanggup melakukan segala perkara (Bandingkan Filipi 4:13).
2. Gereja Rumah (Home Church)
Gereja rumah adalah sebuah istilah untuk menjelaskan suatu kelompok kaum Kristen yang berkumpul atau bersekutu bersama-sama baik reguler maupun spontan di sebuah rumah atau tempat yang biasanya bukan untuk tempat ibadah resmi. Untuk sementara waktu, kita tidak dapat berkumpul dalam jumlah yang besar untuk berdoa dan berbagi harapan di gereja. Tetapi kita dapat beribadah secara secara pribadi dan bersama keluarga. Kita dapat belajar dari gereja mula-mula atau gereja perdana dimana pada saat itu terbangun sebuah komitmen untuk saling berbagi dan saling menolong satu sama lain. Kita sadari bahwa ancaman pandemik ini memang besar tetapi ancaman terhadap Lembaga keluarga saat ini juga cukup serius. Relasi antar orang tua dan anak-anak kadang renggang, bahkan relasi suami-istri sering berhadapan dengan ketegangan dan konflik. Oleh sebab itu di dalam dan melalui ibadah keluarga kita membangun ketahanan iman, merajut kebersamaan dan ketangguhan untuk menghadapi tiap tantangan yang muncul.
Ajakan “stay at home”, di rumah saja, dapat menjadi kesempatan untuk kita mengisinya dengan membangun suasana keluarga yang ceria dan penuh cinta kasih. Waktu yang relatif banyak di rumah bersama keluarga membuat kita menata kembali hal-hal yang mungkin selama ini kita abaikan. Orang tua dapat memberi perhatian kepada proses belajar anak-anak di rumah, suami-istri dapat merajut keintiman dan memperkuat komitmen rumah tangga.
3. Berdoa dan Bekerja
Selain berdoa, tentu kita juga perlu bekerja. Ora et labora, berdoa dan bekerja. Ada berbagai upaya yang dapat kita lakukan untuk bersama-sama mengatasi ancaman virus ini. Kita memperhatikan dan mempraktikan dengan sungguh-sungguh protokoler medis seperti sering mencuci tangan, menjaga jarak sosial (minimal satu meter), stay at home, bekerja di rumah, mempraktekan pola hidup sehat, termasuk memperkuat iman dan spiritualitas kita. Ketahanan dan ketangguhan iman spiritual merupakan salah satu hal yang mesti kita tingkatkan dari waktu ke waktu. Dengan basis spiritual dan iman yang kuat kita juga akan mampu menyebarkan energi positif dan berani mengambil tanggungjawab untuk bersama-sama pemerintah mengatasi masalah ini. Kita pendarkan harapan agar dunia ini menjadi lebih baik.
Semoga oleh pertolongan Tuhan kita semua khususnya umat Kristen di Indonesia dimampukan untuk menghadapi ujian ini. Kita rajut solidaritas sosial dan komitmen untuk saling menopang dan saling membantu dan di atas segalanya kita percaya, bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa di dalam Yesus Kristus akan menolong kita keluar dari cobaan ini. Tuhan menyertai dan memberkati kita semua. Amin. (Thomas Pentury).
Berita Terkait
- Wakil Menteri Agama, KH. Romo H. R. Muhammad Syafi’i Buka Kebaktian Tahunan Nasional (KTN) ke-62 Yayasan Pelayanan Pekabaran Injil Indonesia (YPPII) di Batu
- Peran Penyuluh Agama dalam Membangun Toleransi dan Kerukunan Beragama: "Mewujudkan Harmoni di Tengah Keberagaman".
- Perkuat Pendidikan Kristen, Bimas Kristen Kolaborasi dengan Majelis Pendidikan Kristen Gelar Pelatihan Fasilitator (ToF) “Teaching for Transformation”
- Komitmen Terhadap Toleransi, Dirjen Bimas Kristen Hadiri Doa Lintas Agama Memperingati HUT Bayangkara ke-79
Berita Terpopuler

Penerimaan Mahasiswa/i Baru IAKN Tarutung
Dibaca: 3843 kali

Seleksi Nasional PMB Tahun Akademik 2019/2020
Dibaca: 3603 kali

Menteri Agama Melantik Sejumlah Pejabat di Lingkungan Kemenag
Dibaca: 1689 kali

Perpanjangan Jadwal Pendaftaran CPNS Kementerian Agama Tahun 2018
Dibaca: 1637 kali
