Pdt. Albertus Patty: "Sektor Informal adalah Partner Kerja!"

Rabu, 21 Juli 2021, 12:54:34 WIB

Pdt. Dr. Albertus Patty MA. M.ST. (Ketua PGI Periode Tahun 2014 - 2019)

Jakarta, DBK -- Senada dengan pernyataan Pdt. Dr. Ronny Mandang, M.Th, Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Periode Tahun 2014 - 2019, Pdt. Dr. Albertus Patty MA. M.ST. menyampaikan dukungannya kepada pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19, tapi beliau juga menyampaikan masukan penting bagi pemerintah agar kondisi ekonomi semakin membaik.            

“Ada dua ancaman besar yang menghantam bangsa kita. Pertama, pandemi virus Covid-19 dengan berbagai variannya. Pandemi ini makin mengganas. Dilihat dari peningkatan kasus baru, Indonesia sempat menjadi negara terparah di dunia. Kini, Indonesia menduduki posisi nomor empat di dunia, di bawah Inggris, India dan Amerika Serikat,” kata Pdt. Albertus.

“Kedua, makin lemahnya kehidupan sosial dan ekonomi rakyat. Ancaman ini muncul sebagai konsekuensi berkurangnya kegiatan ekonomi akibat pandemi Covid-19, dan disusul dengan adanya kebijakan PPKM. Ketika pandemi Covid-19 semakin mengganas, pemerintah tidak punya pilihan lain. Demi menyelamatkan rakyat, pemerintah menerapkan PPKM. Kebijakan ini sangat realistis. Kita berharap kebijakan pemerintah memperpanjang PPKM sampai 25 Juli akan memberi efek positif. Penyebaran Covid bisa ditekan,” tambahnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, “Meski efek PPKM menekan pertumbuhan  sosial-ekonomi  rakyat karena terbatasnya kegiatan ekonomi, Puji Tuhan kondisi Indonesia semakin baik.”

Pendeta yang akrab disapa Pdt. Albert ini bercermin dari krisis ekonomi tahun 1998. Indonesia bisa bertahan, salah satunya, karena kekuatan sektor informal. Mereka adalah pedagang kecil seperti penjual baso, tukang cendol, penjual martabak, tukang jual jamu gendong, dan sebagainya. Modal mereka sangat kecil sehingga disebut sebagai segmen mikro dan ultra mikro. Meski demikian, mereka menyumbang sekitar  64%  jumlah usaha di Indonesia. Sektor informal ini menyerap tenaga kerja paling banyak.

“Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Februari 2021, jumlah pekerja informal mencapai 78,14 juta orang. Angka ini jauh lebih banyak daripada pekerja di sektor formal yang hanya 52,92 juta.  Jelas bahwa pekerja informal yang bergerak di sektor riil ini adalah kekuatan luar biasa. Ironisnya, mereka belum menjadi target utama sebagian besar lembaga keuangan formal. Mereka pun belum memiliki akses pendanaan formal,” terang mantan Ketua PGI ini.

Di tengah ancaman mandeknya perekonomian bangsa kita, pemerintah perlu menaruh perhatian yang serius terhadap sektor informal ini. Pemerintah seharusnya lebih proaktif dalam memberikan dukungan penuh kepada pelaku usaha di sektor informal. Selama ini sektor inilah yang menggerakkan perekonomian nasional.  

Oleh karena itu, mereka harus dilindungi, dipertahankan, dan ditingkatkan kemampuannya. Salah satunya dengan memberikan ‘infus’ bantuan yang dibutuhkan.  Misalnya, akses modal usaha di lembaga-lembaga formal harus dipermudah dan dipercepat. Persyaratan bantuan diperingan. Aturan birokrasi dipersingkat. Selain itu, dalam kebijakan perekonomian, pemerintah seharusnya menjadikan sektor  informal  sebagai partner kerja. 

“Saya mengambil contoh Pemda Madiun. Pedagang Kaki Lima (PKL) diberdayakan,dijadikan partner pemerintah untuk mencukupi kebutuhan makan pasien Isoman.  Banyak institusi agama menggunakan cara serupa. Bantuan kepada masyarakat disalurkan dengan menjadikan sektor informal sebagai rekan kerja.  Memang, sektor informal ini lebih membutuhkan pemberdayaan (empowerment).  Sangat salah  menganggap sektor informal seperti bayi yang tidak berdaya. Padahal mereka adalah rekan kerja yang kuat dan gagah perkasa. Sudah saatnya memberi peran besar kepada mereka. Indonesia Pasti Selamat!,” tutup Pdt. Albert. 

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sumber : Pdt. Albertus Patty

Editor : Gloria de Fretes

Sumber Foto : YKB GKI TV

Berita Terkait