Ditjen Bimas Kristen Kemenag RI Gelar Sosialisasi Moderasi Beragama untuk Pendidik SMTK dan SMAK di Medan

Kamis, 22 Mei 2025, 22:09:30 WIB

Medan, Sumatera Utara (DBK)---Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang penuh kemajemukan, moderasi beragama menjadi strategi penting untuk menjaga keutuhan dan persatuan Indonesia. Menyadari hal tersebut, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Ditjen Bimas) Kristen melalui Direktorat Pendidikan Kristen menggelar kegiatan Sosialisasi Penguatan Moderasi Beragama bagi Guru SMTK dan SMAK yang berlangsung pada 21–23 Mei 2025 di Kota Medan.

Acara ini dibuka secara resmi oleh Direktur Pendidikan Kristen, Sudirman Simanihuruk, yang mewakili Dirjen Bimas Kristen. Kegiatan ini diikuti oleh 35 peserta yang merupakan perwakilan guru Sekolah Menengah Teologi Kristen (SMTK) dan Sekolah Menengah Agama Kristen (SMAK) dari berbagai wilayah di Sumatera Utara.

Dalam sambutannya, Sudirman menyampaikan apresiasi kepada panitia yang telah bekerja keras menyelenggarakan kegiatan ini. Ia menegaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan bentuk nyata dari komitmen Ditjen Bimas Kristen untuk membangun pendidikan agama yang inklusif, toleran, serta berakar pada nilai-nilai kebangsaan.

“Guru adalah pembentuk karakter bangsa. Seperti apa generasi kita ke depan apakah mereka akan mencintai sejarah dan bangsanya, atau menjadi generasi yang intoleran sangat bergantung pada peran Bapak dan Ibu Guru,” ujarnya.

Sudirman menekankan bahwa peran guru sangat vital dalam mendidik dan membangun karakter generasi muda. Ia berharap para peserta dapat mengimplementasikan materi moderasi beragama yang diperoleh selama kegiatan ini di lingkungan sekolah masing-masing.

"Bangsa kita lahir dari kemajemukan. Maka, tidak ada pilihan lain selain mengelola keberagaman ini agar kita dapat hidup berdampingan secara damai dalam perbedaan,” tambahnya.

Menurut Sudirman, kunci menuju Indonesia Emas sebagaimana yang telah dicanangkan pemerintah—adalah terwujudnya kerukunan dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Ia menegaskan bahwa beragama bukanlah tentang menyamakan keyakinan, melainkan menumbuhkan sikap saling memahami, menghormati, dan bekerja sama di tengah keberagaman.

Dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk, lanjutnya, peran guru agama sangat strategis. Mereka tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai penjaga harmoni sosial. Oleh karena itu, para guru diharapkan dapat memahami secara mendalam esensi moderasi beragama dan menanamkannya secara kontekstual kepada peserta didik.

“Pendidikan agama yang moderat akan melahirkan generasi muda yang kuat dalam iman dan bijak dalam menyikapi perbedaan,” tegasnya.

Di akhir sambutannya, Sudirman menyampaikan terima kasih kepada para narasumber yang akan membawakan materi selama tiga hari ke depan. Ia mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama menjadikan pendidikan sebagai ruang yang aman, damai, dan penuh kasih.

“Semoga kegiatan ini membawa berkah dan memberikan kontribusi positif bagi kita semua, bagi lembaga pendidikan, serta bagi bangsa dan negara,” pungkasnya.

Berita Terkait