Kolaborasi dengan PBAL2K, Bimas Kristen Tuntaskan Penilaian 15 Buku Teks Utama Siswa Mapel PAK

Senin, 03 November 2025, 15:35:39 WIB

Jakarta, (DBK) -- Dalam rangka penyelesaian penilaian buku Teks Utama Siswa Mapel PAK, berkolaborasi dengan Pusat Penilaian Buku Agama Lektur Dan Literasi Keagamaan (PBAL2K) Kementarian Agama, Ditjen Bimas Kristen melalui Subdit Pendidikan Menengah Direktorat Pendidikan Kristen melaksanakan Sidang Penyelia Penilaian Buku Teks Utama Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Keagamaan Kristen Tahun 2025, Senin (3/11/2025).

Acara yang dilaksanakan di ruang rapat Ditjen Bimas Kristen Lt. 10, Gd. Kementerian Agama, Jl. M.H. Thamrin No. 6 ini dihadiri oleh Dirjen Bimas Kristen Jeane Marie Tulung, Direktur Pendidikan Kristen Suwarsono, Kepala PBAL2K Muchamad Sidik Sisdiyanto, Kasubdit Pendidikan Menengah Santi Kalangi, Kasubdit Pendidikan Tinggi Weldemina Yudit Tiwery, Kasubdit Pendidikan Dasar Antonius Lopis, ASN pada PBAL2K, maupun ASN pada Subdit Pendidikan Dasar dan Menengah.

Suwarsono dalam laporannya menyampaikan, Bimas Kristen sebagai bagian dari Kementerian Agama harus memastikan ketersediaan bahan ajar yang bermutu dan berkualitas bagi para guru.

“Sebagai lembaga pemerintah yang menyelenggarakan fungsi pembinaan terhadap pendidikan keagamaan kristen, salah satu tugas Ditjen Bimas Kristen adalah memastikan ketersediaan bahan ajar yang bermutu dan berkualitas. Buku teks utama merupakan komponen penting sebagai salah satu sumber informasi yang akan digunakan oleh pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas,” kata Suwarsono.

“Dalam rangka penyediaan bahan ajar yang bermutu dan berkualitas, Ditjen Bimas Kristen mengadakan program Penilaian Buku Teks Utama Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Keagamaan Kristen Sesuai Kurikulum Merdeka yang berlaku di SMTK dan SMAK, terdiri dari 15 buku yang sesuai dengan regulasi,” sambungnya.

Dengan penuh sukacita, Dirjen Bimas Kristen Jeane Marie Tulung menyampaikan bahwa pekerjaan rumah (PR) Ditjen Bimas Kristen sebagai lembaga pembina satuan pendidikan keagamaan kristen dalam menyediakan buku teks utama yang berkualitas dan bermutu telah dituntaskan dengan baik.

"Puji Tuhan, setelah melakukan berbagai upaya, buku yang sesuai dengan Kurikulum Merdeka telah tersedia, sehingga semua SMTK dan SMAK dapat menerapkan Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum yang adaptif dan kontekstual," terang Dirjen.

Setelah menyelesaikan penilaian terhadap 9 buku di tahun 2024 lalu, Dirjen berharap agar 15 buku yang akan kembali di nilai tahun 2025 ini mendapatkan keputusan tanda layak.

“Kami berharap ke-15 buku tersebut bisa mendapatkan keputusan tanda layak, sehingga proses pengurusan ISBN berjalan lancar dan kemudian bisa dicetak dan dapat digunakan oleh pendidik maupun peserta didik di SMTK dan SMAK pada tahun ajaran 2026/2027 mendatang,” kata Dirjen.

“Kiranya jerih lelah pekerjaan kita ini dapat membuahkan hasil yang baik dan menjadi berkat untuk kita semua, terlebih untuk para pendidik dan peserta didik kita dimasa sekarang dan masa depan,” pungkasnya.

Menyambut sukacita tersebut, Kepala Pusat PBAL2K Muchamad Sidik Sisdiyanto juga mengatakan bahwa Buku Teks Utama merupakan jendela nilai, cermin iman, dan jalan terang bagi generasi muda dalam memahami ajaran secara utuh, kontekstual dan nantinya akan berfungsi untuk anak-anak kita.

“Dalam konteks keagamaan kristen, kita harus mampu menghadirkan pesan kasih, pengharapan, dan tanggung jawab sosial. Ini sejalan dengan semangat Moderasi Beragama yang menjadi roh pendidikan keagamaan kita di Indonesia, khususnya di Kementerian Agama,” kata Sidik.

“Sudah menjadi tugas khusus kami di Pusat PBAL2K untuk menjaga semangat moderasi, semangat bagaimana anak-anak kita bisa berdamai dengan keberagamaan yang ada di antara mereka, dan sidang ini menjadi ruang strategis untuk memastikan bahwa setiap kata, setiap ilustrasi, dan narasi yang ada dalam Buku teks Utama itu telah melalui telaah yang cermat, adil, dan bertanggung jawab,” tegasnya.

Lebih lanjut dikatakan, PBAL2K akan memastikan bahwa buku-buku teks utama ini benar secara teologis dan relevan dengan kehidupan murid-murid untuk menghargai keberagamaan dan memperkuat semangat kebangsaan.

Berita Terkait