Dirjen Bimas Kristen hadiri dan berikan sambutan pada “Sidang Tahunan Sinode Gereja Bethany Indonesia, Bethany Confererence dan Penandatanganan Prasasti Gereja Bethany Solo”.

Rabu, 28 Juni 2023, 07:33:58 WIB

Dirjen Bimas Kristen, Jeane Marie Tulung, hadiri dan berikan sambutan sekaligus menandatangani prasasti pada acara Sidang Tahunan Sinode Gereja Bethany Indonesia, Bethany Confererence dan Penandatanganan Prasasti Gereja Bethany Solo.

Mengawali sambutannya, Jeane mengajak marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Raja Gereja, oleh karena berkat dan anugerah-Nya yang berlimpah, hari ini kita dapat mengikuti pembukaan Sidang Tahunan Gereja Bethany Indonesia, dan Bethany Conference serta penadatanganan prasasti Gereja Bethany Solo.

“Gereja bagai Bahtera, di laut yang seram. Mengarahkan haluannya ke pantai seberang. Mengamuklah samudera dan badai menderu. Gelombang zaman menghempas dan sulit ditempuh…”
Sepenggal syair dari lagu berjudul: “Gereja Bagai Bahtera,” yang diciptakan oleh Gustav Bosse Verlag dan syairnya ditulis oleh Ein Schiff das man Gemeinde nennt; Martin G. Schneider, cukup mendorong hati kita dalam melihat kondisi gereja kita saat ini, ujar Jeane.

“Ya, Gereja kita bagai bahtera yang selalu, dan sedang mengalami amukan samudera dan badai yang menderu. Rasanya Gereja kita sedang dihantam dari dalam dan dari luar. Tetapi Gereja kita tetap berdiri teguh karena didirikan di atas wadas bukan di atas pasir”.

Gereja kita laksana perahu yang ditumpangi Yesus dan para murid-Nya yang sedang berlayar ke seberang danau dan mengalami ‘amukan taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.’ (Markus 4:37). Ada rasa takut di dalam diri para murid meskipun mereka sedang bersama-sama dengan Tuhan Yesus dan walaupun mereka sendiri adalah nelayan-nelayan yang handal, Tuhan Yesus sendirilah yang menghardik angin dan meneduhkan amukan badai di tengah danau tersebut. Ketakutan memang sangat manusiawi karena iman kita kepada Tuhan masih lemah, kecil dan rapuh. Tetapi Tuhan tetap hadir dan menguatkan kita semua.

Gereja tetaplah Gereja yang kudus meskipun ada kekurangan-kekurangan kecil dalam perjalaannya. Mengapa? Karena Tuhan Yesus sendirilah yang mendirikan Gereja dan Ia sendirilah yang menguduskannya secara terus menerus. Dalam suasana penuh dinamika, hendaknya kita tetap merasa bangga sebagai pengikut Kristus, tetap bangga sebagai warga Gereja Bethany Indonesia, tetap bangga karena dikuduskan oleh Tuhan. Mari kita bersama senantiasa menjaga kesatuan hati, mengobarkan semangat pelayanan dalam dedikasi dan integritas yang tinggi, ajak Jeane. 

Dalam kepemimpinan Menteri Agama, beliau menginginkan adanya legacy yang jelas dan terukur, arah kebijakan ditujukan agar umat beragama memiliki karakter moderat, unggul dan berdaya guna, rukun dan damai.

Hal ini diimplementasikan dalam tiga poin penting dalam kerukunan umat beragama atau dengan istilah Tri kerukunan umat beragama yang bertujuan agar masyarakat Indonesia, sekali pun banyak perbedaan namun tetap memiliki kebersamaan. Konsep ini dirumuskan dengan teliti dan bijak sehingga tidak terjadi pengekangan atau pengurangan hak-hak manusia dalam menjalankan kewajiban dari ajaran-ajaran agama yang diyakininya.

Tri kerukunan ini meliputi tiga kerukunan, yaitu: Kerukunan intern umat beragama, Kerukunan antar umat beragama, dan Kerukunan antara umat beragama dan pemerintah.

Pertama: Kerukunan Intern Umat Beragama
Konsep pertama ini mengupayakan berbagai cara agar tak saling klain kebenaran. Menghindari permusuhan sebab disparitas mengingat di internal agama Kristen terdapat berbagai macam denominasi dan aliran. Semuanya buat menciptakan kehidupan beragama nan tenteram, rukun, dan penuh kebersamaan. Bukan hanya itu, kerukunan di internal induk organisasi gereja/sinode gereja juga patut mendapat perhatian penting. Maraknya perpecahan kepengurusan dalam induk organisasi gereja/sinode gereja mengingatkan kita betapa pentingnya pola kepemimpinan yang kuat dan berkarakter Kristen.

Kedua: Kerukunan Antar Umat Beragama
Konsep kedua dari trikerukunan memiliki pengertian kehidupan beragama yang tentram antar masyarakat yang berbeda agama dan keyakinan. Tidak terjadi sikap saling curiga mencurigai dan selalu menghormati agama masing-masing.

Ketiga: Kerukunan Antara Umat Beragama dan Pemerintah
Pemerintah ikut andil dalam menciptakan suasana tentram, termasuk kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah sendiri. Semua umat beragama yang diwakili para pemuka dari tiap-tiap agama bisa sinergis dengan pemerintah. Bekerjasama dan bermitra dengan pemerintah untuk menciptakan stabilitas persatuan dan kesatuan bangsa. Trikerukunan umat beragama diharapkan menjadi menjadi salah satu solusi agar terciptanya kehidupan umat beragama nan damai, penuh kebersamaan, bersikap toleran, saling menghormati dan menghargai dalam perbedaan.

Kementerian Agama, dalam hal ini Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen, menyambut baik keberadaan Sinode Gereja Bethany Indonesia. Melalui kehadiran kami dalam Penandatanganan Prasasasti Gedung Gereja Bethany Solo, kami ingin menyampaikan bahwa kami menyambut dan mendukung dengan tangan terbuka setiap program-program yang diselenggarakan oleh Sinode Gereja Bethany Indonesia yang bermitra dengan pemerintah dalam upaya meningkatkan indeks kesalehan umat.

Besar harapan kami proses pembangunan dapat berjalan dengan baik dan dapat selesai sesuai dengan target waktu yang diharapkan, tutup Dirjen.

Hadir pada kesempatan ini, Walikota Surakarta, diwakili Kepala Administrasi Pembangunan Pemkot Surakarta, Danang S, Ketua Dewan Rasuli beserta anggota, Ketua Umum Majelis Pekerja Sinode dan anggota, dan para pejabat Gereja Bethany Indonesia di seluruh Indonesia.

Berita Terkait