Menteri Agama RI Membuka Sidang Raya XVIII PGI, Serukan Rumah Ibadah sebagai Rumah Kemanusiaan

Jumat, 08 November 2024, 20:41:05 WIB

Kete Kesu, Sulawesi Selatan (DBK)---Menteri Agama RI, KH Nasaruddin Umar, didampingi Dirjen Bimbingan Masyarakat Kristen, Jeane Marie Tulung, menghadiri Sidang Raya XVIII Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) pada Jumat, 8 Oktober 2024. Acara ini berlangsung di kawasan wisata budaya Kete Kesu, Tana Toraja, dengan mengusung tema kerukunan antarumat beragama dan pentingnya kebersamaan dalam menghadapi tantangan zaman.

Dalam sambutannya, Menteri Agama menyampaikan pesan mendalam tentang peran rumah ibadah sebagai tempat perlindungan yang terbuka bagi siapa saja, tanpa memandang latar belakang. “Rumah ibadah mestinya menjadi rumah besar untuk kemanusiaan. Siapa pun yang membutuhkan sentuhan spiritual, datanglah dan bernaung di rumah ibadah. Ada energi spiritual di setiap rumah ibadah, dan itulah yang harus kita hargai,” tegasnya dengan penuh penekanan.

Menteri Agama juga menyoroti kompleksitas tantangan yang dihadapi umat beragama di era modern ini. Beliau menjelaskan perbedaan antara cara berpikir rasional dan kuantitatif dalam kehidupan sehari-hari dengan prinsip doktrinal yang terkadang terasa kaku dalam agama. “Kita seolah-olah hidup dalam dua dunia; satu yang sangat rasional di tempat kerja dan satu lagi yang spiritual di rumah ibadah. Jangan sampai terjadi jarak yang semakin lebar antara ajaran agama dan kehidupan sehari-hari kita. Ini menyangkut masalah agama dan penghayatan iman kita sebagai umat beragama,” jelasnya.

Selain itu, Menteri Agama mengajak para tokoh agama untuk lebih proaktif dalam mendekatkan nilai-nilai agama kepada kehidupan nyata masyarakat. Menurutnya, agama seharusnya tidak dipahami secara statis, tetapi sebagai panduan hidup yang dinamis dan relevan dengan perkembangan zaman. “Jangan sampai kita seperti layang-layang, ajaran agama kita melayang tinggi tanpa ada pijakan yang kuat dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita pertahankan nilai-nilai agama, bukan hanya sebagai ajaran, tetapi sebagai etos kehidupan,” tambahnya.

Beliau juga menyinggung peran agama dalam menjaga lingkungan hidup yang saat ini menjadi perhatian global. “Sebagai umat beragama, kita diajarkan untuk menjaga alam. Dalam berbagai kitab suci, kita menemukan perintah untuk menghormati dan tidak merusak alam. Jika kita menghayati agama dengan benar, alam semesta akan damai bersama kita,” imbuhnya.

Di akhir sambutannya, Menteri Agama menutup dengan sebuah pantun reflektif yang menyuarakan pentingnya aksi nyata daripada hanya menyesali kondisi dunia. “Kegelapan lebih baik dibakar lilin, ketimbang diratapi,” tuturnya, yang disambut dengan tepuk tangan meriah dari hadirin.

Berita Terkait