Gereja Ramah Anak, “Melindungi Dan Memberdayakan Anak-Anak Melalui Gereja”.
Sabtu, 19 Juli 2025, 06:56:49 WIB

Palangkaraya (DBK)---Bertempat di Aula Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Tengah para pendeta, majelis gereja, tokoh masyarakat, hingga perwakilan pemerintah daerah berkumpul dalam satu semangat: “melindungi dan memberdayakan anak-anak melalui gereja”. Sebuah langkah konkrit dan monumental dilakukan melalui kegiatan Sosialisasi Gereja Ramah Anak (GRA) yang diinisiasi oleh Jaringan Peduli Anak Bangsa (JPAB) bekerja sama dengan Kemenag Kalimantan Tengah, Sinode Gereja Kalimantan Evangelis (GKE), Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Wilayah (PGIW), dan Persekutuan Baptis Indonesia (PBI). (18/7)
Tak hanya seremonial, kegiatan ini membawa visi besar: menjadikan gereja sebagai rumah aman, inklusif, dan mendidik bagi setiap anak. Sebuah panggilan iman yang bersinggungan erat dengan realitas bangsa bahwa saat ini Indonesia berada dalam kondisi “multi darurat perlindungan anak”, di mana kekerasan, eksploitasi, diskriminasi, hingga pengabaian terhadap anak masih terjadi secara sistemik.
Direktur Jenderal Bimas Kristen Kementerian Agama RI, diwakili Kasubdit Pemberdayaan Umat dan Pengembangan Budaya (PUPB), Levina P. Nahumury, menyampaikan materi utama dalam diskusi panel. Dalam pemaparannya, Levina menyampaikan bahwa perlindungan anak bukan hanya mandat negara, melainkan juga panggilan teologis gereja. Ia menekankan bahwa gereja memiliki posisi strategis dalam membentuk karakter dan kehidupan sosial anak-anak sejak usia dini.
“Anak-anak bukan hanya masa depan gereja, mereka adalah bagian dari gereja hari ini. Kita bertanggung jawab menciptakan ruang ibadah, pengajaran, dan komunitas yang membuat mereka merasa aman, diterima, dan dicintai,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menyoroti bahwa gereja perlu beradaptasi dengan perubahan zaman khususnya dalam menghadapi tantangan digitalisasi. Anak-anak kini hidup dalam dunia yang penuh informasi dan risiko, dari ideologi ekstrem hingga budaya pop yang tak terfilter. Gereja, kata Levina, harus menjadi navigator nilai dan iman, bukan sekadar pengamat perubahan.
Indonesia saat ini berada di puncak bonus demografi, dengan lebih dari 38% penduduknya adalah anak-anak dan remaja (BPS, 2020). Di sisi lain, laporan kasus kekerasan dan eksploitasi terhadap anak terus meningkat, baik secara fisik, psikologis, maupun digital.
Gereja ditantang untuk tidak diam. Sosialisasi ini menjadi forum pembelajaran bersama bagi para pemimpin gereja agar dapat memahami kerangka Gereja Ramah Anak, mulai dari prinsip-prinsip dasar, petunjuk teknis pelaksanaan, hingga kebijakan pemerintah yang mendukung.
Dinas P3AKB Provinsi Kalimantan Tengah turut hadir sebagai narasumber yang mengulas regulasi dan program perlindungan anak yang sedang dan akan dijalankan di wilayah tersebut. Sementara Tim GRA dari Sinode GKE membagikan pengalaman praktis dalam mengimplementasikan konsep GRA di tingkat jemaat, mulai dari pengaturan ruang ibadah yang aman hingga pelatihan guru sekolah minggu tentang trauma healing.
Menjelang akhir kegiatan, seluruh peserta kegiatan baik yang hadir langsung di Palangka Raya maupun secara daring dari berbagai kabupaten/kota di Kalimantan Tengah terlibat dalam sesi perumusan rencana tindak lanjut dan komitmen bersama. Dokumen komitmen itu menjadi simbol awal gerakan transformatif di tubuh gereja.
“Jika gereja tidak bergerak hari ini, kita akan kehilangan generasi esok,” ujar Pdt. Ir. Yoel M. Indrasmoro, S.Th., Sekretaris JPAB Nasional, dalam penutupannya. Ia menambahkan bahwa gereja harus mulai membangun pelayanan berbasis hak anak dan memberanikan diri melakukan koreksi atas pola pelayanan yang masih berorientasi pada kontrol, bukan pendampingan.
Sosialisasi Gereja Ramah Anak bukan hanya sekadar program pelatihan atau diskusi biasa. Ini adalah pijakan awal dari sebuah pergerakan kolektif gereja-gereja di Indonesia, khususnya di Kalimantan Tengah, untuk menjadikan gereja relevan dalam dunia yang terus berubah.
Sebuah gereja yang tak hanya sibuk dengan liturgi dan ritual, tetapi juga hadir sebagai pelindung, pengasuh, dan pengarah bagi anak-anak di tengah dunia yang keras dan tak ramah.
Kiranya melalui langkah awal ini, Tuhan menolong gereja-gereja di Indonesia untuk terus bertumbuh dalam kasih dan kebenaran, sekaligus menjadi rumah yang memberi harapan dan masa depan bagi setiap anak yang dipercayakan oleh-Nya.
Berita Terkait
- Audiensi dengan Menag, PGPI siap Perkuat Sinergi jaga Kerukunan Umat Beragama
- Serukan Cinta Kemanusiaan, Menag Ingatkan Umat Jaga Toleransi
- Wakil Menteri Agama, KH. Romo H. R. Muhammad Syafi’i Buka Kebaktian Tahunan Nasional (KTN) ke-62 Yayasan Pelayanan Pekabaran Injil Indonesia (YPPII) di Batu
- Peran Penyuluh Agama dalam Membangun Toleransi dan Kerukunan Beragama: "Mewujudkan Harmoni di Tengah Keberagaman".
- Jadi Pelayan Firman di Kota Bitung, Dirjen Bimas Kristen Ingatkan Umat Pentingnya Ketaatan
Berita Terpopuler

Penerimaan Mahasiswa/i Baru IAKN Tarutung
Dibaca: 3843 kali

Seleksi Nasional PMB Tahun Akademik 2019/2020
Dibaca: 3603 kali

Menteri Agama Melantik Sejumlah Pejabat di Lingkungan Kemenag
Dibaca: 1689 kali

Perpanjangan Jadwal Pendaftaran CPNS Kementerian Agama Tahun 2018
Dibaca: 1637 kali
